Seperti dilansir Reuters, Sabtu (24/1/2015), Presiden Hadi yang didukung Amerika Serikat ini mengundurkan diri pada Kamis (22/1) setelah menghadapi serangan pemberontak Houthi di kediamannya. Pada hari yang sama, Perdana Menteri Khaled Bahah juga mengundurkan diri dari jabatannya.
Hadi yang purnawirawan jenderal ini menyalahkan pendudukan pemberontak Houthi atas ibukota Sanaa yang mempersulit upayanya untuk menjaga stabilitas Yaman setelah dilanda kekacauan dan kerusuhan etnis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hadi seolah menjadi tahanan di dalam kediamannya sendiri, sementara bentrokan hebat terjadi antara Houthi dengan pengawal kepresidenan Yaman sepanjang pekan ini.
Di sisi lain, pengunduran diri Hadi ini disambut baik oleh pemberontak Houthi yang turun ke jalanan pada Jumat (23/1) untuk melakukan unjuk rasa merayakan mundurnya Hadi. Ribuan orang dilaporkan berkumpul di pusat kota Sanaa.
"Hadi seharusnya mengundurkan diri sejak lama. Dia seharusnya bisa melakukan lebih banyak hal dan dia seharusnya memimpin negara ini dengan kekuatan lebih," sebut salah satu tokoh pendukung Houthi, Al Sheikh Moghadal Al Wazeer.
Parlemen Yaman dijadwalkan akan menggelar rapat pada Minggu (24/1) besok untuk membahaskan pengunduran diri Hadi dan memutuskan untuk menerima atau menolaknya. Di bawah konstitusi Yaman, Ketua Parlemen Yahya al-Ra'i akan memegang jabatan pemimpin Yaman sementara hingga pemilu baru dirancang.
(nvc/nwk)