Mayoritas listrik di kawasan pemukiman yang dihuni sekitar 200 kepala keluarga ini bermasalah. Mulai dari warga yang menggunakan meteran pindahan, memanfaatkan daya melebihi yang dibayarkan hingga melakukan sambungan langsung.
Beberapa warga yang saluran listriknya bermasalah sempat protes. Meski menyadari kesalahannya, para warga tidak terima PLN tiba-tiba memutus saluran listrik mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mardi juga mengaku selalu membayar biaya listrik yang digunakannya secara rutin. Sejak ia pindah ke kolong tol Lodan, yaitu pada tahun 2010 lalu, bapak 3 anak ini mengaku selalu membayar biaya listrik secara rutin.
Namun ia tak dapat berbuat banyak. Petugas tak mengindahkan ucapan Mardi dan tetap memutus aliran listriknya.
Kediaman Aji yang berjarak 3 rumah dari rumah Mardi juga bermasalah. Aji yang membayar daya 1300 VA menggunakan daya 3000 VA. Petugas langsung mengganti meteran milik Aji, disesuaikan dengan daya yang dibayar. Aji tak berada di rumah. Petugas memberitahukan penggantian tersebut kepada tetangganya.
Lain lagi dengan kediaman Hasan. Ia tak memiliki meteran sendiri, melainkan menyambung dari rumah tetangganya. Kabel-kabel tampak menjuntai tak beraturan di dinding rumah bedengnya.
"Ini sangat berbahaya," kata Manajer area PLN Bandengan, Rasyid Naja di lokasi.
Rasyid mengatakan, penertiban ini akan terus dilakukan di kawasan-kawasan lain yang disinyalir banyak bermasalah. Pihaknya bekerjasama dengan Pemprov DKI menertibkan penggunaan listrik ilegal yang rawan menyebabkan kebakaran itu.
"Programnya Pemprov kebetulan sejalan dengan program kami maka kami akan tertibkan kawasan-kawasan lain yang diduga banyak melakukan pelanggaran," katanya.
Melihat kediamannya dipadamkan, para warga hanya dapat terdiam pasrah. Beberapa warga menyadari, aksi pencurian listrik yang mereka lakukan rawan menimbulkan kebakaran.
(kff/aan)