Pertemuan digelar tertutup di Ruang Ketua DPR, Lantai 3 Gedung Nusantara III, DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (22/1/2015). Selain Yukiya dan Novanto, ada pula dua anggota DPR dari Partai Golkar Satya Widya Yudha dan Tantowi Yahya.
"Saya berkunjung ke Indonesia untuk bertukar pikiran dengan pengambil kebijakan, teknisi, ilmuan, petani, dan nelayan," kata Yukiya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian, Yukiya menyatakan tak akan memaksa Indonesia untuk melakukan pengembangan nuklir lebih lanjut. Jika Indonesia berminat mengembangkan nuklir, IAEA siap mendampingi.
"Kami tak memaksakan kehendak perkara Indonesia akan menggunakan nuklir atau tidak. Namun bila Indonesia akan menerapkan teknologi nuklir lebih lanjut, IAEA akan mendampingi penggunaan nukli secara aman, selamat, dan berkelanjutan," katanya.
Novanto menjelaskan, Indonesia sudah menerapkan teknologi nuklir di bidang kesehatan, pertanian, dan pangan. Satya Widya Yudha menyatakan Indonesia akan lebih membutuhkan tenaga nuklir untuk menunjang listrik di Indonesia. Apalagi, Indonesia merencanakan 35 ribu megawatt untuk lima tahun yang akan datang.
"DPR melihat itu hanya bisa tercapai bila melalui pengembangan nuklir," kata Satya yang juga Wakil Ketua Komisi VII DPR ini.
Malaysia, Thailand, dan Vietnam sudah mengembangkan pembangunan teknologi nuklir. Bila Malaysia berhasil mengembangkan teknologi nuklir untuk listrik, jangan sampai Indonesia membeli dari Malaysia, karena Indonesia harus setara dengan negara-negara tetangganya.
"Tidak ada alasan Indonesia memanfaatkan teknologi ini," kata Satya.
Peristiwa reaktor Fukushima di Jepang yang bocor terguncang gempa tak perlu dikhawatirkan, justru itu telah menjadi pembelajaran dalam pemanfaatan teknologi nuklir
"Kasus fukushima bukanlah akhir segalanya," kata Satya.
(dnu/vid)