Selepas pulang sekolah, setelah memandikan ayahnya, Ridwan mengambil gorengan dari tetangganya. Ia lalu berjualan dengan berjalan kaki berkeliling di sekitar kampungnya di Dusun bojongloa, Desa Girimukti, Kecamatan Sumedang Utara.
"Ngambil gorengan 50 buah dari tetangga. Terus ya jualan keliling-keliling jalan kaki," tutur Ridwan kepada detikcom saat ditemui di kediamannya, Rabu (21/1/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya kalau laku semuanya kadang sampai Rp10 ribu. Tapi paling sedikit dapetnya Rp 5 ribu," kata Ridwan.
Dari uang itulah Ridwan dan keluarganya hidup. Kadang ada bantuan dari Pemerintah dan tetangganya.
"Uangnya buat beli sabun, makan. Jajan ya jarang da uangnya cuma sedikit," kisahnya.
Untungnya, untuk biaya sekolah Ridwan sudah tidak perlu memikirkannya, karena sekolahnya gratis. "Sekolah mah gratis, enggak bayar," ujarnya.
Ridwan adalah anak bungsu dari 4 bersaudara. Ia tinggal bersama ayahnya Adeng (46) dan dua kakaknya yakni Holidin (24) tahun dan Devi (21) di sebuah gubuk tua di RT 1 RW 6 Dusun bojongloa, Desa Girimukti, Kecamatan Sumedang Utara.
Adeng lumpuh sejak usia 29 tahun, sementara Holidin lumpuh saat menginjak usia 16 tahun dan Devi menderita kelumpuhan yang sama saat menginjak usia 15 tahun. Dengan kondisi tersebut, Ridwan lah yang kini mengurus keluarganya. Kakak perempuannya satu lagi Sukma (18), tinggal di saudaranya di Bogor. Sementara ibunya, menurut Ridwan, bekerja di luar Sumedang. Bertahun-tahun tidak pulang.
(avi/ern)