Menurut pakar penerbangan Chappy Hakim, stall bisa terjadi dalam kecepatan tinggi ketika gaya angkat pesawat tak sesuai dengan gaya dorong.
"Siapa saja nggak bisa ngomong (soal QZ8501) sebelum ada hasil investigasi berikut analisis dari institusi terkait," kata Chappy membuka penjelasannya soal kondisi stall pesawat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena ada kecepatan dan angle. Kapan stall? Kalau kehilangan daya angkat, itu teknis. Stall itu angle terlalu besar dan speed habis," ujar Chappy.
Chappy menjelaskan, pesawat yang melaju lambat tak bisa mengangkat hidungnya terlalu tinggi karena jika demikian, akan terjadi stall. Begitu pula pesawat dengan kecepatan tinggi tapi terus mempertahankan sudut elevasi tinggi tanpa menambah kecepatan juga akan mengalami stall.
"Kalau gaya dorong berkurang, biasanya sudut itu ada maksimum terhadap speed. Jadi ada titik (sudut dan speed) maksimum. Ada high speed stall dan ada juga low speed stall," ucap Chappy.
Dalam rapat kerja dengan DPR, Jonan membeberkan data terkahir QZ8501 dari ATC, pesawat nahas itu tiba-tiba mengalami kecepatan tinggi hingga ketinggian 6.000 kaki dan mendadak berhenti kemudian menghilang.
"Tidak normal untuk bergerak menanjak seperti itu, sangat jarang bagi pesawat komersial, yang biasanya naik hanya setinggi 1.000 sampai 2.000 kaki per menit. Hal ini hanya bisa dilakukan pesawat jet tempur," kata Jonan seperti disadur dari BBC.
Hari ini, Jonan dikonfirmasi kembali. Namun dia menegaskan tidak mengatakan pesawat AirAsia stall.
"βSaya nggak jelaskan itu stall, kalau jatuh pasti jatuh. Kalau nggak stall nggak jatuh dong. Jadi saya sudah jelaskan, pesawat itu naik beberapa feet dalam satu menit terus setelah itu turun, ya pesawat turun dong," jelas Jonan saat dikonfirmasi lagi mengenai pernyataannya di rapat Komisi V DPR pada Selasa (20/1/2015) malam kemarin tentang AirAsia yang naik cepat dan turun tiba-tiba.
Jonan menyampaikan hal itu usai bertemu Badan Anggaran (Banggar) DPR di DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (21/1/2015).
(vid/aws)