Ia juga meminta agar DPR memberikan dukungan tambahan peralatan untuk membantu jika ada insiden serupa terjadi di waktu yang akan datang.
"Tantangan yang dihadapi penyidik KNKT, tidak adanya saksi mengenai jatuhnya AirAsia karena kecelakaan di tengah laut. Lokasi titik jatuhnya ada di tegah laut sehingga kesulitan untuk menentukan lokasi jatuhnya," ujar Tatang di ruang raker Komisi V DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (20/1/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena lokasi jauh dari pinggir pantai proses evakuasi berlangsung lebih lama, komunikasi untuk menyampaikan data dari titik lokasi itu juga sulit," kata Tatang.
Sulitnya medan yang dihadapi oleh tim evakuasi dan investigator KNKT menyebabkan hanya penyelam terlatih saja yang mampu melakukan evakuasi bagian pesawat yang jatuh di Laut Jawa di wilayah Kalimantan Tengah itu. Lokasi yang berada di tengah laut juga menyebabkan evakuasi korban hanya bisa dilakukan jika jenazah mengapung.
"Untuk evakuasi korban hanya bisa dilakukan jika jenazah korban mengapung atau terlihat secara visual, dan peralatan pinger locator yang dimiliki KNKT hanya ada 2. Kami berharap dari Komisi V bisa menambah untuk membantu kalau ada kecelakaan lagi," Tatang menjelaskan.
Raker yang dipimpin oleh Ketua Komisi V DPR Djemi Francis ini juga dihadiri oleh Menhub Ignasius Jonan dan Kabasarnas Marsdya FHB Soelistyo. Raker juga mengundang Kepala BMKG Andi Eka Sakya dan Direktur Utama Air Navigation Indonesia Bambang Tjahjono.
(ear/nrl)