Juru bicara kepolisian setempat menyatakan, pihaknya tengah menyelidiki lebih lanjut insiden ini. Bagi setiap polisi yang terlibat, terancam akan dijatuhi sanksi disiplin.
"Tampaknya, kekuatan yang tidak sepadan dengan orang-orang yang terlibat, telah digunakan," tutur jujur bicara kepolisian setempat, Masoud Mwinyi, seperti dilansir Reuters, Selasa (20/1/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anak-anak sekolah ini memprotes apa yang disebut mereka sebagai penyitaan ilegal atas taman bermain anak dan rencana untuk mengubahnya menjadi area parkir mobil. Aksi tersebut dikawal oleh polisi setempat.
Tak diduga, polisi menembakkan gas air mata sedikitnya tiga kali ke arah ratusan siswa ketika mereka berusaha merobohkan dinding yang memisahkan taman bermain dengan sekolah mereka.
Anak-anak yang mengenakan seragam sekolah warna hijau mencolok, berlarian menjauh dari lokasi. Beberapa terlihat batuk-batuk, sesak napas dan sibuk menutup wajah mereka dengan seragam. Beberapa sampai harus mengungsi ke atas jembatan penyeberangan untuk menghindari asap berbahaya tersebut.
Menurut aktivis setempat, ada 8 anak yang terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena terpapar gas air mata dan mengalami luka-luka.
Sedangkan empat orang dewasa ditangkap dalam unjuk rasa ini. Dua orang di antaranya merupakan aktivis, yang dituding membujuk anak-anak tersebut untuk ikut unjuk rasa.
Insiden ini memicu kemarahan publik yang sebagian besar mengungkapkan kekesalannya via media sosial, termasuk Twitter. Publik menggunakan hashtag #OccupyPlayGround untuk mengkritik pemerintah Kenya.
"Sungguh memalukan bagi pemerintah karena menyerang anak-anak dengan gas air mata untuk melindungi pihak yang korup," sebut politikus dan mantan capres Kenya, Martha Karua lewat akun Twitter-nya seperti dilansir AFP.
(nvc/nrl)