Kedua penyelam senior inilah yang pertama kali menemukan ekor pesawat nahas ini. Boflen bercerita, ekor pesawat bisa ditemukan pada penyelamannya yang ketiga.
"Kami temukan (ekor pesawat) di penyelaman ketiga, pertama tanggal 4 (Januari) nihil, tanggal 5 ternyata benda lain, kapal karatan, tanggal 6 kita evaluasi dan tanggal 7 kita turun," ujar Boflen di atas KRI Banda Aceh yang sedang lego jangkar di Teluk Kumai, Jumat (16/1/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyelaman ketiga tersebut merupakan hasil dari penyelidikan sonar dari kapal Geosurvei. Dari penyelidikan sonar tersebut diketahui ada benda di bawah berukuran panjang sekitar 12 meter, tinggi 3,7 meter, lebar 4 meter.
Waktu yang mereka butuhkan untuk mencapai ekor pesawat yang berada di kedalaman 35 meter itu adalah sekitar 4 menit. Begitu mereka menemukan ekor pesawat, bapak dua anak ini langsung memotret objek tersebut sedangkan Oo mengikat dengan tali sebagai tanda.
"Arus saat itu cukup kencang sekitar 2 knot, tapi visibility membantu sekitar 1-2 meter. Foto bisa maksimal," ujar pria yang lahir pada 30 Mei 45 tahun yang lalu.
Dibutuhkan waktu total sekitar 30 menit untuk penyelaman kali itu. Waktu ini melebihi ambang batas ketersediaan oksigen yang hanya mampu secara normal dipakai untuk menyelam selama 20 menit.
"Kami juga memastikan apakah ada korban di lokasi tersebut atau tidak, ternyata nihil. Teman saya juga sempat kehabisan udara, akhirnya kita patungan udara," tuturnya.
Boflen menceritakan, untuk menghindari kepanikan keduanya mengatur pernafasan seefisien mungkin. Sisa udara yang mereka miliki hanya khusus digunakan untuk kembali ke permukaan laut.
Mereka juga harus tetap mengatur kecepatan naik ke permukaan untuk menghindari dekompresi. Hal ini tak dipungkiti Boflen dapat membahayakan nyawa mereka. Namun, dia mengaku yang ada di dalam prinsipnya adalah tugasnya dapat terlaksana dengan tuntas.
Setelah penemuan itu, Boflen mengaku sangat terharu dan bersyukur. Sebab, kejelasan lokasi jatuhnya pesawar AirAsia mulai terkuak dengan penemuan ini.
"Ini yang ditunggu-tunggu banyak orang," kata pria yang sudah menggeluti dunia selam selama 26 tahun ini.
"Saya terharu, bersyukur, kita diberikan jalan untuk membantu keluarga korban. Karena di sini kita bekerja untuk kemanusiaan," imbuhnya instruktur penyelam di Persatuan Olah Raga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) ini.
(sip/try)