The Star menyatakan 'sangat menyesal' karena telah menyinggung perasaan lewat 'pemuatan kembali' sampul depan majalah satire tersebut.
Sementara itu, suratkabar kedua Kenya yang menerbitkan kartun tersebut dan sebuah tulisan menyatakan tindakannya mewakili kebebasan pers.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian besar warga Senegal beragama Islam, yang kemungkinan besar akan menyambut baik pelarangan tersebut, lapor para wartawan.
Negara ini memiliki ikatan yang kuat dengan Prancis, bekas penjajahnya dan koran Prancis mudah didapat disana.
Majalah yang diedarkan di dunia tersebut memperlihatkan Nabi Muhammad menangis sambil memegang tulisan "Saya Charlie" dengan "Semuanya telah dimaafkan".
Dua belas staf Charlie Hebdo dibunuh minggu lalu oleh kelompok bersenjata Islam militan yang mengatakan mereka membalas dengan kartun Nabi Muhammad yang diterbitkan pada tahun 2005.
"(Kami) melarang peredaran, dengan acara apapun, edisi hari ini majalah Prancis Charlie Hebdo dan koran Prancis Liberation di seluruh wilayah negara ini," lapor kantor berita Senegal APS, mengutip pernyataan kementerian dalam negeri.
(gah/gah)