"Jadi tadi pagi saya memang yang kerjakan duluan," kata Ertata di kantor Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Jl Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Kamis (15/1/2015).
Ertata pun terkejut ketika ada rekannya yang mengatakan rekaman QZ8501 bocor. Salah satu penggalan kata dari rekaman palsu itu adalah 'Allahu Akbar', hingga Ertata menduga ada pihak yang tidak bertanggungjawab mencoba mengetahui rekaman yang asli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagaimana orang itu meninggal. Kalau sampai keluar, kita membayangkan kalau terjadi ke keluarga kita. Jadi sudah, itu tidak benar," tambahnya.
Ertata menyayangkan rekaman palsu itu dikaitkan dengan AirAsia QZ8501. Ia membayangkan jika rekaman palsu itu didengarkan oleh keluarga penumpang QZ8501.
"Jadi sampai detik ini, tidak ada yang beredar. Demi Tuhan, tidak ada itu," tutup Ertata.
Berdasarkan UU No 1/2009 tentang Penerbangan dan Annex 13 International Civil Aviation Organization (ICAO) mengatur ketat proses mendengarkan dan mentranskrip black box. Aturan itu menyatakan isi rekaman dilarang untuk dipublikasikan, kecuali bagian yang relevan dengan kecelakaan dalam bentuk laporan akhir.
"Kalau benar itu dikeluarkan, yang pertama kali dipenjara itu saya," ujar Ertata.
(vid/ndr)