Hamshe, remaja berumur 19 tahun yang telah memiliki seorang anak itu, mengaku telah disandera ISIS selama 28 hari. Dia juga yakin bahwa militan ISIS telah membunuh suaminya, iparnya dan ayah mertuanya.
Hamshe membeberkan hal itu kepada aktivis dan mantan jurnalis Nareen Shammo sebagai bagian dari dokumenter Arab di BBC, Slaves of the Caliphate. Dalam dokumenter itu, Shammo menelusuri para wanita Yazidi yang ditahan ISIS dan berupaya menegosiasikan pembebasan mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Hamshe, dirinya berhasil kabur pada malam hari ketika para militan tidur di luar ruangan tempat dirinya ditahan. Dia membawa serta bayinya dan berjalan kaki selama sekitar empat jam, sebelum akhirnya ditemukan seorang pria Arab yang membantunya kembali ke keluarganya.
Seorang wanita korban ISIS lainnya yang berhasil lolos mengatakan kepada Shammo, dia melihat gadis-gadis diperkosa dan disiksa, bayi-bayi dipisahkan dari ibu mereka dan anak-anak kecil dibawa pergi dari keluarga mereka.
Perempuan berumur 21 tahun itu menceritakan, salah seorang pemimpin ISIS membawa seorang anak perempuan berumur 13 tahun ke rumahnya dan memperkosanya berulang kali selama tiga hari.
Yazidi merupakan sekte agama yang mayoritas tinggal di wilayah Irak utara, yang keyakinannya merupakan gabungan unsur-unsur beberapa agama kuno Timur Tengah.
Menurut kelompok HAM, Human Rights Watch dan Amnesty International, ribuan orang Yazidi telah tewas atau diculik sejak ISIS melancarkan serangan di wilayah Irak utara pada Agustus 2014 lalu. Sejak itu, ratusan wanita dan anak-anak perempuan Yazidi telah ditangkap, diperkosa dan disiksa, serta dipaksa berpindah ke agama Islam dan menikah dengan para militan ISIS.
(ita/ita)