"Prancis sedang berperang melawan terorisme, jihad, radikalisme. Prancis tidak berperang melawan Islam dan muslim," tegas PM Valls di hadapan parlemen Prancis, seperti dilansir AFP, Rabu (14/1/2015).
"Saya tidak ingin warga Yahudi di negara ini ketakutan, atau warga muslim malu (dengan keyakinan mereka)," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu langkah yang dilakukan, menurut PM Valls, ialah mendirikan zona khusus bagi narapidana terorisme di penjara. Narapidana terorisme akan diisolasi di penjara, untuk mencegah mereka diradikalisasi sesama narapidana.
Seperti diketahui, dua pelaku serangan teror di Paris, pekan lalu, yakni Cheriff Kouachi dan Amedy Coulibaly berkenalan di dalam penjara. Cheriff mendalangi penembakan di kantor Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang, sedangkan Coulibaly mendalangi penyanderaan maut di sebuah supermarket di Paris yang menewaskan 4 orang.
Tidak hanya itu, keduanya juga diketahui mempelajari jihad dari seorang militan lain yang juga menjadi narapidana di dalam penjara yang sama. Bahkan salah satu dari mereka mengakui bahwa serangan tersebut dikoordinasikan.
"Kita harus menangani situasi luar biasa ini dengan langkah luar biasa," ucap PM Valls.
PM Valls menambahkan, langkah luar biasa yang dimaksud tidak boleh melanggar prinsip hukum dan norma yang berlaku di Prancis. Dia juga mendorong penguatan lembaga intelijen domestik dan pengintaian tersangka terorisme.
Usai memberi pernyataan, PM Valls mendapat standing ovation yang tergolong jarang dilakukan parlemen Prancis.
(nvc/ita)