Kabasarnas dan Panglima TNI Pimpin Operasi SAR AirAsia, Ini Kata KNKT

Kabasarnas dan Panglima TNI Pimpin Operasi SAR AirAsia, Ini Kata KNKT

- detikNews
Jumat, 09 Jan 2015 13:18 WIB
(Foto: dok detikcom)
Jakarta - Panglima TNI Jenderal Moeldoko memimpin langsung proses pengangkatan ekor pesawat AirAsia QZ8501 sejak kemarin. Sempat beredar kabar, kehadiran Moeldoko membuat koordinasi SAR di bawah Basarnas terganggu. Kepala Basarnas Marsdya TNI FHB Soelistyo menepis isu itu. Lalu apa kata Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)?

"Saya nggak nggak ngerti ya. Pihak internasional membantu agar lebih cepat. Kalau bantuan internasional saja wajib diterima, apalagi dalam negeri," jawab Ketua Subkomite Udara KNKT, Masruri, terkait kehadiran Panglima TNI dan Kepala Basarnas dalam operasi SAR, termasuk dalam pencarian kotak hitam, Jumat (9/1/2015).

Yang jelas, KNKT sangat berterima kasih pada banyak pihak yang ramai-ramai membantu pencarian kotak hitam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang jelas, kami selalu berkoordinasi. Kami menyiapkan penanganan terbaik supaya kotak hitam dapat dibaca. Kami berterima kasih pada Panglima, Basarnas," jelas Masruri.

Misi KNKT adalah menemukan kotak hitam secepatnya. "Kita senang sekali kalau kotak hitam makin cepat diangkat. Terima kasih," tutur Masruri.

Sedangkan pada Kamis (8/1/2014) kemarin, Ketua Investigator KNKT untuk AirAsia Prof Mardjono Siswosuwarno mengatakan tantangan investigasi kecelakaan AirAsia QZ8501 ini.

"Mestinya nggak sesusah itu (mencari kotak hitam), nggak sampai 1.500 meter. Itu 30 meter, berarti kan lebih mudah. Asalkan kapal-kapal tidak ramai di satu lokasi itu. Itu kan bisa mengganggu kebisingan suara (mendengar sinyal dari Underwater Locator Beacon/ULB yang menempel di kotak hitam-red). Jadi perlu koordinasi," jelas Ketua Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk AirAsia, Prof Mardjono Siswosuwarno.

Mardjono mengatakan, seharusnya, mencari kotak hitam AirAsia lebih mudah dibanding mencari kotak hitam Adam Air. Laut lokasi jatuhnya Adam Air mencapai 2.000 meter, sedangkan AirAsia di Laut Jawa yang kedalaman lautnya mencapai 30-an meter. Banyaknya suara kapal jadi mengganggu sinyal ULB yang hendak didengar oleh pinger locator.

"Lebih susah yang itu (Adam Air). Begini, kalau Adam Air itu 2.000 meter, saya samakan jantung ada di situ (titik A) stetoskopnya di sini, (titik B) jauh. Jadi harus mendekat. Kalau yang ini (AirAsia) sudah dekat. Harusnya (lebih mudah), kalau nggak ada kebisingan-kebisingan (suara kapal)," jelas Mardjono.

Mengenai apakah adanya miskomunikasi koordinasi komando operasi SAR ini, Kabasarnas Marsekal Madya FHB Soelistyo sudah memberikan penjelasan. Dia menegaskan tidak terganggu dengan kehadiran Panglima TNI Jenderal Moeldoko.

"Oo tidak (terganggu) dong. Panglima datang ke sana konteksnya sebagai panglima, bapaknya para prajurit kita," kata Soelistyo di kantor Basarnas, Jl Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (9/1/2015).

Soelistyo menegaskan, tidak pernah terjadi miskomunikasi antara dirinya dengan jenderal bintang empat itu. Menurutnya, seluruh koordinasi di lapangan hari ini tetap satu suara.

Siang tadi, saat cuaca buruk dan penyelaman tak mungkin dilakukan, Moeldoko sempat memerintahkan kepada anak buahnya agar berusaha lebih maksimal. Menurut Soelistyo, hal tersebut bukanlah miskomunikasi.

"Saya sebagai mission comander, tidak mungkin kalau tidak ingin cepat. Justru kalau cuaca mendukung, safety margin tidak dilewati, saya tidak pernah menghentikan (proses evakuasi)," urai jenderal bintang tiga itu.

Meskipun pangkat Moeldoko lebih tinggi, bukan berarti posisi komando SAR dialihkan. Soelistyo memastikan, seluruh koordinasi pencarian dan evakuasi AirAsia QZ8501 tersebut tidak tergaggu.

"Beliau sudah mem-BKO-kan (bawah kendali operasi-red) ke kekuatan SAR gabungan, dimana leading sektornya Basarnas," tutur Soelistyo.

Moeldoko sebelumnya telah menegaskan bahwa dirinya tak melangkahi kewenangan. Komando tetap berada di bawah kendali Basarnas. Ia datang langsung ke lokasi evakuasi untuk memberikan spirit kepada seluruh tim pencari.


(nwk/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads