Informasi tersebut disampaikan seorang sumber dari kalangan pemerintahan Amerika Serikat dan juga Eropa yang memahami kasus ini, seperti dilansir AFP dan Reuters, Jumat (9/1/2015). Al Qaeda in the Arabian Peninsula atau AQAP tercatat sebagai jaringan militan paling aktif dan berbahaya di Yaman.
Menurut sumber tersebut kepada AFP, intelijen Prancis mengetahui bahwa Said Kouachi pernah pergi ke Yaman pada tahun 2011 lalu. Saat itu, Said mendapatkan pelatihan militan dari jaringan Al-Qaeda selama berbulan-bulan di sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Said dan Cheriff merupakan warga negara Prancis dari orang tua asal Aljazair. Keduanya telah sejak lama masuk dalam radar pengawasan kepolisian. Cheriff sendiri pernah dipenjara selama 18 bulan karena mencoba berjihad ke Irak sekitar satu dekade lalu.
Secara terpisah, seorang pejabat otoritas Yaman menyatakan pihaknya menyadari adanya kemungkinan keterkaitan antara Said Kouachi dengan AQAP. Menurut pejabat ini, seperti dilansir Reuters, pihaknya masih terus menyelidiki keterkaitan tersebut.
Sumber lainnya menuturkan, setelah Said pulang ke Prancis dari Yaman, kedua kakak-beradik tersebut tampaknya sengaja menarik diri dari berbagai aktivitas yang bisa memicu kecurigaan kepolisian maupun intelijen Prancis.
Sumber tersebut menambahkan, selama berbulan-bulan sebelum serangan Charlie Hebdo terjadi pada Rabu (7/1), Said dan Cheriff tidak diperlakukan sebagai target utama oleh badan antiterorisme Prancis.
Sedangkan sumber dari otoritas AS menyatakan kepada AFP bahwa Said dan Cheriff masuk dalam daftar pengawasan terorisme AS selama bertahun-tahun. Dalam database AS, keduanya ditandai sebagai tersangka terorisme dan masuk dalam daftar no-fly, yang artinya mereka dilarang terbang ke dalam wilayah AS.
(nvc/nrl)