Pelaku Penembakan Charlie Hebdo Pernah Dilatih Al-Qaeda di Yaman

Pelaku Penembakan Charlie Hebdo Pernah Dilatih Al-Qaeda di Yaman

- detikNews
Jumat, 09 Jan 2015 12:18 WIB
Cheriff dan Said Kouachi (Mashable.com/Twitter)
Paris - Salah satu pelaku penembakan di kantor majalah Charlie Hebdo, Paris, disebut terkait dengan jaringan Al-Qaeda di Yaman. Pelaku ternyata pernah menjalani pelatihan dengan militan berbahaya tersebut.

Informasi tersebut disampaikan seorang sumber dari kalangan pemerintahan Amerika Serikat dan juga Eropa yang memahami kasus ini, seperti dilansir AFP dan Reuters, Jumat (9/1/2015). Al Qaeda in the Arabian Peninsula atau AQAP tercatat sebagai jaringan militan paling aktif dan berbahaya di Yaman.

Menurut sumber tersebut kepada AFP, intelijen Prancis mengetahui bahwa Said Kouachi pernah pergi ke Yaman pada tahun 2011 lalu. Saat itu, Said mendapatkan pelatihan militan dari jaringan Al-Qaeda selama berbulan-bulan di sana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Said dan saudaranya, Cheriff Kouachi, kini tengah diburu secara besar-besaran oleh otoritas Prancis. Keduanya bersama dengan Hamid Mourad menyerang kantor Charlie Hebdo pada Rabu (7/1) hingga menewaskan 12 orang.

Said dan Cheriff merupakan warga negara Prancis dari orang tua asal Aljazair. Keduanya telah sejak lama masuk dalam radar pengawasan kepolisian. Cheriff sendiri pernah dipenjara selama 18 bulan karena mencoba berjihad ke Irak sekitar satu dekade lalu.

Secara terpisah, seorang pejabat otoritas Yaman menyatakan pihaknya menyadari adanya kemungkinan keterkaitan antara Said Kouachi dengan AQAP. Menurut pejabat ini, seperti dilansir Reuters, pihaknya masih terus menyelidiki keterkaitan tersebut.

Sumber lainnya menuturkan, setelah Said pulang ke Prancis dari Yaman, kedua kakak-beradik tersebut tampaknya sengaja menarik diri dari berbagai aktivitas yang bisa memicu kecurigaan kepolisian maupun intelijen Prancis.

Sumber tersebut menambahkan, selama berbulan-bulan sebelum serangan Charlie Hebdo terjadi pada Rabu (7/1), Said dan Cheriff tidak diperlakukan sebagai target utama oleh badan antiterorisme Prancis.

Sedangkan sumber dari otoritas AS menyatakan kepada AFP bahwa Said dan Cheriff masuk dalam daftar pengawasan terorisme AS selama bertahun-tahun. Dalam database AS, keduanya ditandai sebagai tersangka terorisme dan masuk dalam daftar no-fly, yang artinya mereka dilarang terbang ke dalam wilayah AS.

(nvc/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads