"Saya, atas nama pribadi dan Ketua DPD RI, menyampaikan duka kepada keluarga korban, pemerintah Perancis, dan seluruh warga negara Perancis. Kami mengutuk aksi kekerasan dan anti-kemanusiaan itu," ungkap Irman.
Pernyataan itu disampaikan Irman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, lewat rilis yang diterima detikcom dari Bidang Pemberitaan dan Media Visual DPD RI, Kamis (8/1/2015) sore.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Derasnya simpati masyarakat internasional dan pemimpin berbagai negara terhadap aksi pembantaian di kantor Charlie Hebdo juga dipandang Irman positif. Dunia tak memberi tempat terhadap bentuk kekerasan apapun.
"Indonesia yang telah menjalankan demokrasi dan menerapkan kebebasan pers yang bertanggung jawab selama lebih dari satu dekade bisa merasakan dan memahami simpati dunia yang kini tertuju kepada Perancis," ucap Irman.
Irman berharap agar pihak berwenang Prancis menyelidiki lebih jauh latar belakang dan akar masalah kasus tersebut. Terutama apakah kasus itu berkaitan dengan isi dan gaya pemberitaan majalah tersebut.
"Apakah ini juga ada kaitannya dengan isi dan gaya pemberitaan majalah tersebut? Dari laporan berbagai media, majalah tersebut dikategorikan majalah satir," jelas Irman.
"Mungkin saja gaya pemberitaannya (Charlie Hebdo-red) cenderung menyerempet keyakinan-keyakinan atau jatidiri golongan-golongan tertentu. Bila ini terus menerus bisa saja menimbulkan rasa permusuhan, ketidaksukaan, atau keputusasaan orang per orang atau kelompok. Artinya, kita harus membungkus kebebasan pers itu dengan nilai-nilai etika, dan penghormatan terhadap semua keyakinan yang dianut oleh masyarakat," imbuh Irman.
Kepolisian Prancis telah menahan 7 orang dalam perburuan dua pria kakak-beradik yang melakukan penembakan brutal di kantor majalah satir Charlie Hebdo. Kakak-beradik bernama Cheriff Kouachi (34) dan Said Kouachi (32) hingga kini masih diburu polisi.
(bar/nrl)