Berpakaian serba hitam lengkap dengan penutup wajah atau balaclava dan sabuk amunisi sambil membawa senapan Kalashnikov, para pelaku melakukan serangan secara sistematis. Gerak-gerik mereka yang tenang juga menjadi bukti bahwa mereka tidak melakukan serangan spontan.
"Saya terkesima tidak hanya oleh ketenangan mereka seperti pembunuh berdarah dingin, tapi juga cara mereka yang cukup profesional saat meloloskan diri, mereka sempat menghabisi seorang polisi yang luka-luka," sebut pengamat terorisme, Jean-Louis Bruguiere yang juga mantan penyelidik antiterorisme di Prancis, seperti dilansir Reuters, Kamis (8/1/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jelas sekali, ada operasi pengintaian sebelumnya. Mereka menemukan celah dalam pengamanan dan memilih metode yang menjamin kesuksesan aksi mereka," ucap pendiri lembaga konsultan keamanan, TERR(o)RISC, Anne Giudicelli.
Tidak hanya itu, cara pelaku menembak dengan senapan, tidak hanya saat membunuh korban, namun juga saat baku tembak dengan polisi yang berusaha menghentikan mereka, juga menunjukkan bagaimana terlatihnya mereka.
"Yang mencolok ialah sejumlah lubang bekas peluru di kaca depan (mobil polisi), yang menunjukkan bahwa para pelaku sangat mampu mengendalikan senjata mereka dan juga emosi mereka," ujar mantan unit antiteror kepolisian setempat, Rene-Georges Querry kepada media setempat, BFM TV.
Seperti terlihat dalam video amatir yang beredar, seperti dilansir Daily Mail, dua pelaku beraksi dengan kompak. Salah satu melakukan tembakan perlindungan, sedangkan pelaku lainnya bergerak ke depan, sebelum bertukar peran. Dengan teknik ini, mereka bisa bergerak cepat dengan tetap saling terlindungi, karena salah satu pelaku selalu dalam posisi siap menembak jika ada serangan terhadap mereka.
Tidak hanya itu, terdengar dari rekaman video amatir suara tembakan senapan Kalashnikov yang sangat jelas, sehingga berarti mereka menembak dalam mode semi-otomatis, bukan hanya memberondong tembakan tanpa target. Pola tembakan mereka disebut sebagai teknik 'double tap' yang biasa digunakan oleh tentara militer di dunia.
Teknik ini dirancang untuk menimbulkan jumlah korban tewas maksimum dengan menggunakan amunisi minimal. Teknik ini mengharuskan pelaku untuk melepas dua tembakan bersahutan dalam waktu yang cepat. Teknik ini juga mampu meningkatkan peluang dan ketepatan mengenai target, tanpa membuang banyak amunisi.
(nvc/ita)