Survei ini dilakukan oleh Peneliti Senior FFH, Dian Permata. Survei ini dilakukan 27 November sampai 29 Desember 2014 dengan jumlah responden sebanyak 1.090 orang. Margin of errornya 2,97 persen.
"Terbukti dari hasil riset bahwa sebanyak 83,8 persen responden mengatakan perlu adanya pembatasan usia dan 16,2 persen mengatakan tidak perlu," ujar Dian dalam acara diskusi di kantor FFH di Jalan Prapanca Raya, Cipete, Jakarta Selatan, Senin (5/1/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dian menuturkan, responden yang mengatakan perlu adanya pembatasan usia menunjukkan bahwa 26,3 persen responden ingin pemimpin di usia 40 tahun. Untuk usia maksimal, terlihat masyarakat tidak ingin pemimpin berumur 60 tahun keatas.
"Dari dua partai yang mengusung politisi muda di Pemilu 2014 cuma PDIP yaitu Jokowi dan Hanura yang mengusung Hary Tanoe. Selain itu, semunya politisi tua," jelas Dian.
Dian juga menambahkan, selain umur, pendidikan juga menjadi hal penting yang soroti masyarakat. Terlihat 90 persen masyarakat ingin pemimpin yang lulus Strata Satu (S1).
"Untuk yang memilih lulusan SMA 15 persen, S2 cuma 5 persen dan S3 2,5 persen. Sisanya tidak tahu sebanyak 10,6 persen," jelas Dian.
"Tingginya respons publik tentang regenerasi kepemimpinan nasional dan pemimpi alternatif tidak bisa dilepaskan dari faktor keengganan tokoh senior dalam memberikan ruang dan kesempatan kepada tokoh-tokoh muda untuk muncul dipermukaan," tutup Dian.
(spt/trq)