Di awal-awal pencarian, cuaca buruk jadi sorotan. Ada awan cumulonimbus di lintasan AirAsia QZ8501, Minggu (28/1/2015). Maka itu, pilot meminta izin naik dari ketinggian 32 ribu kaki ke 38 ribu kaki. Tapi sebelum diizinkan Air Traffic Control (ATC), pesawat hilang kontak.
Spekulasi bermunculan. Mulai dari kegagalan aerodinamis saat pesawat hendak menghindari awan berbahaya hingga meledak di langit seperti terjadi pada Adam Air di atas Majene Sulawesi Barat pada tahun 2007 silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan barang-barang penumpang di antaranya beberapa tas berisi sepatu, rokok, kacamata, pakaian dan sebagainya. Juga tempat duduk untuk bayi berwarna hitam.
Karena terendam air laut selama beberapa hari, tentu barang-barang itu tidak bersih lagi. Bagian bercat putih, seperti serpihan badan pesawat atau pintu darurat, jadi kecokelatan. Bagian luarnya terkelupas. Jok penumpang yang berwarna hitam juga jadi kusam.
Berdasarkan pantauan detikcom, tidak ada bekas kebakaran pada barang-barang tersebut. Bagian-bagian pesawat pecah karena benturan. Patut diduga pesawat tidak meledak atau terbakar.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) enggan menduga-duga. Mereka akan memeriksa secara utuh, baik bagian-bagian pesawat yang ditemukan maupun kotak hitam yang hingga saat ini masih dicari. Sejauh ini, bagian-bagian pesawat masih dikumpulkan.
"KNKT sejak hari pertama harus mengumpulkan dokumen pesawat kecelakaan seperti dokumen list passanger, maintenance dan kargo. Proses lanjutan investigasi nanti setelah black box dibuka,"kata Ketua KNKT Tatang Kurniadi di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (3/1/2015).
Kalau tidak meledak atau terbakar, apakah pesawat AirAsia QZ8501 berupaya mendarat darurat di air seperti dugaan sejumlah pengamat? Atau pesawat yang membawa 155 penumpang itu kehilangan tenaga lalu menukik ke laut? KNKT akan menjawabnya.
(try/nrl)