Selama ini pesawat-pesawat TNI AU lebih banyak diberangkatkan dari Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta untuk misi pencarian AirAsia. Karena area pencarian saat ini sudah mengecil, agar efektif maka pesawat TNI AU yang diberangkatkan untuk melakukan pencarian adalah pesawat yang sudah standby di Pangkalan Bun.
"Kita tetap melakukan pencarian, kan yang di IKR (Pangkalan Bun) ada pesawat kita standby. Sekarang kan area sudah kecil, jadi berangkat dari sana. Karena dari Pangkalan Bun hanya 90 nautical miles, biar efektif. Kalau kemarin berangkat dari Halim karena areanya masih besar," ujar Pangkoopsau I Marsda A. Dwi Putranto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Area sudah kecil, pesawat banyak nggak mungkin (banyak yang terbang), pesawat kan kenceng, nggak akan efektif, pesawat muter 30 menit juga sudah habis. Jadi kita sesuaikan, digilir, nanti mereka (pesawat bantuan dari negara tetangga), kita berapa jam," kata Dwi.
"Kenapa pesawat Korea dan Rusia berangkat dari Halim itu karena mereka pilih homebase di sini. Kita sebenarnya sudah tawarkan di Pontianak, di Pangkalan Bun, tapi mereka pilih di sini (Halim-red), kalau alasannya saya juga tidak tahu," sambungnya.
Untuk hari ini Pesawat Beriev BE-200 milik Rusia memang terbang menuju area pencarian setelah sebelumnya mengantar sisa alat dan tambahan Tim SAR yang mereka bawa di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun. Sementara Pesawat Orion dari Korea Selatan hari ini tidak terbang untuk melakukan operasi pencarian.
Kedatangan Dwi sendiri ke Posko Halim adalah untuk melakukan monitoring dengan jajarannya. Meski begitu, perwira tinggi bintang 2 ini mengaku setiap saat selalu melakukan monitoring dari setiap posko dan tim SAR AirAsia ini.
"Kita kan monitor. Walau saya nggak selalu di sini (Halim-red), apa saja saya tahu. Dengan pesawat saya monitor, dari Basarnas monitor, apa yang akan dilakukan besok kita juga koordinasi. Semua terkendali. Under control," tutup Dwi.
(ear/vid)