Satu demi satu jenazah diantarkan ke RSUD Imanuddin untuk dimasukan ke dalam peti yang diberi aluminium foil dan es batu agar tubuhnya utuh untuk keperluan identifikasi. Setelah siap untuk diterbangkan, jenazah dibacakan doa oleh pemuka lintas agama.
"Kami tidak membedakan apakah jenazah itu Muslim, Nasrani, Hindu, Budha, Konghucu, atau lainnya. Semua kami doakan menurut kepercayaan kami. Karena kewajiban yang hidup adalah mendoakan saudaranya yang telah mendahului," ungkap pemuka agama Islam, H. Soleh Anshori saat berbincang di RSUD Imanuddin, Sabtu (3/1/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau saya baca doa, yang lain menghormati. Begitu juga ketika yang lain baca doa saya menghormati. Kita di sini selalu hidup rukun antar agama," imbuh Soleh.
Bersebelahan dengan Soleh, ada pula Pendeta Teras Moses dari Gereja Kalimantan Evangelis. Dia pun menceritakan hal senada seperti Soleh.
"Kami ikut merasakan kesedihan keluarga yang ditinggalkan. Tapi dalam doa kami, kami berharap agar perjalanan mendiang bisa lancar kemudian. Kami juga doakan agar keluarga diberi ketabahan," kata Moses.
Prosesi pembacaan doa biasanya dilakukan selama kurang lebih sepuluh menit. Semua jenazah diberlakukan dengan sayak layak dan sama.
"Kami tak memandang-mandang perbedaan di sini. Semua adalah manusia ciptaan Allah," ujar H. Soleh.
Moses pun menambahkan bahwa mereka seringkali tak kuasa ketika ada korban yang berusia masih anak-anak. Namun yang mereka yakini adalah semua akan kembali kepada-Nya.
(bpn/mpr)