Demi mempertemukan kembali para penumpang dan awak pesawat itu dengan keluarga yang menyayangi, dari sipil hingga militer rela tak pulang sementara waktu. Di Surabaya sana, keluarga yang kehilangan telah menanti penuh harap dengan tatapan berkaca-kaca.
Penantian yang tersorot media itu membuat Bupati Kotawaringin Barat Ujang Iskandar ingin sekadar meringankan beban keluarga. Bersama jajaran Pemkab Kotawaringin Barat, semua setuju membantu dengan anggaran dari APBD setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah memang tak terucap dari tuturnya, tapi tampak kasat mata bahwa dalam satu malam Pemkab Kotawaringin Barat menyediakan 70 ambulans, 200 kantung jenazah, dan 162 peti jenazah. Bantuan yang terakhir disebutkan itulah yang menyampaikan salam duka dan doa dari Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat kepada keluarga korban.
Peti-peti sederhana itu berwarna putih dan didalamnya ada lapisan kulit sintetis berwarna cokelat. Ukurannya disesuaikan dengan standard internasional yakni 60x60x180 cm persegi.
Bagian dalam dibuat sedemikian rupa sehingga jenazah tidak terlalu terguncang dan dapat menyimpan es batu. Di bagian luar peti itu, di bagian posisi kepala jenazah terdapat untaian bunga berwana-warni.
"Jadi bunga itu saya terpikir keluarga yang ditinggalkan. Mereka pasti sedih dan kehilangan. Saya hanya berharap bunga ini bisa meringankan secara moral sekaligus menyampaikan salam saya," kata Ujang.
Kini peti-peti itu sudah tersusun rapi di RSUD Imanuddin lengkap dengan bunganya. Peti itu dikerjakan selama dua hingga tiga hari oleh dua puluh tempat pengrajin kayu lokal.
(bpn/aan)