"Seharusnya ada briefing kepada pilot yang hendak terbang. Tentang manifest, bahan bakar dan termasuk kondisi cuaca di bandara keberangkatan, perjalanan, dan bandara yang akan dituju," kata Staf Khusus Kemenhub, Hadi Mustofa di Kementerian Hubungan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jumat (2/1/2015).
Dia menambahkan meski tradisional, namun cara briefing langsung dengan tatap muka ini lebih menjamin keamanan dalam penerbangan. Justru sebaliknya kalau hanya mengandalkan cara simpel seperti via email tidak menjamin pemahaman kepada pilot yang bersangkutan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan kalau dibandingkan dengan maskapai lain, Air Asia melupakan tahapan briefing. Padahal, maskapai lain seperti Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, atau Lion Air melaksanakan sistem briefing ini.
"Kenapa briefing fisik, agar terjadi komunikasi langsung. FOO ini umumnya briefing dengan pilot senior. Sehingga pilot ada gambaran apa yang akan dilalui. AirAsia tidak selalu melakukan hal tersebut (briefing)," katanya.
Lagipula, briefing ini tidak menjadi persoalan. Pasalnya, waktu yang dibutuhkan tidak lama dan hanya sebentar di kisaran 10 - 20 menit.
"Meski lebih konservatif, tapi ini lebih menjamin keselamatan penerbangan. Ini kan sebentar. Makanya Kemenhub akan segera mengeluarkan surat edaran yang lebih jelas soal ini termasuk bagaimana penyediaan ruang briefing FOO ini," tuturnya.
(hat/fjr)