"Tugas Navigator adalah mission planer, yang dikomandani Kapten Pilot. Setiap rencana kita laporkan. Sukanya, kita sebagai mission planner merencanakan sesuatu dalam hal misi. Kalau misi itu berjalan lancar tentunya bangga," ungkap Feisal saat berbincang di Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (2/2/2015).
Pria kelahiran 31 tahun lalu di Samarinda ini mengaku tidak merasakan duka dalam menjalankan tugasnya meski harus sering-sering meninggalkan keluarganya. "Dukanya, sebenarnya nggak ada. Kalau meninggalkan keluarga saat tugas itu sudah resiko," imbuh Feisal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hari itu, Feisal bertugas bersama Lettu Nav Adhi Miswara sebagai Navigator 2. Dengan kerjasama tim yang baik, pencarian di hari ketiga itu mendapat hasil yang cukup memuaskan. Bahkan pencarian tim SAR AirAsia ini diapreasiasi dunia internasional karena terbilang cukup cepat.
"Kalau saya tugasnya tracking area supaya tidak lost. Setelah dapat koordinat kita mengolah dan merencanakan profil penerbangan, mau ke mana dan harus bagaimana dan keep area mana. Saya kemarin fokus tracking area, saya koordinasi ke Lettu Adhi dan dia akan observe bersama pilot," jelas Feisal yang lulus dari Sekolah Navigator angkatan ke-10 itu.
Menjadi seorang Navigator Pesawat disebut Feisal susah-susah gampang. Bapak 1 anak ini mengatakan di angkatannya sendiri, ia merupakan 10 anggota TNI AU yang lulus seleksi dari 155 orang.
Navigator yang sudah memiliki 4.000 jam terbang lebih ini telah beberapa kali mengikuti misi SAR selama masa karirnya yang sejak awal ditugaskan di Skadron udara 31. Seperti gempa Mentawai, bantuan ke Filipina saat bencana Topan Haiyan, dan banjir Bandang di Ambon.
Meski begitu, Feisal yang merupakan lulusan AAU tahun 2006 itu mengaku misi SAR AirAsia ini terbilang spesial untuk dirinya. Sebenarnya ia berharap bisa menemukan korban Pesawat AirAsia yang lost contact sejak Minggu (28/12/2014) lalu dalam keadaan selamat.
"Misi ini spesial, karena merasa terpanggil karena kemanusian, dan saya bangga karena saya terpanggil untuk melaksanakan tugas itu. Apalagi pilotnya masih keluarga (TNI AU). Kita inginnya ketemu selamat semua, berharap ada yang selamat," ucap Feisal.
Pilot Pesawat AirAsia QZ8501 Kapten Irianto diketahui sebagai mantan Pilot pesawat tempur F-16. Bagi Feisal sendiri, keberhasilan misi SAR AirAsia tak terlepas karena kesolidan dan kerjasama tim yang baik. Termasuk kru-kru pesawat Hercules dengan tugasnya masing-masing.
"Kesuksesan misi ini atas kerjasama tim, mereka sudah terbagi tugasnya masing masing. JRU (Juru Radio Udara) melaksanakan koordinasi dengan posko, Engineer terus mengecek engine pesawat. Load master yang menjamin keselamatan penumpang dan barang dalam pesawat, mereka yang mempersiapkan. Tentu Pilot dan Copilot juga," Feisal menjelaskan.
Bukan hanya sesama anggota timnya saja, menurut Feisal peran semua pihak sangat menentukan. Koordinasi antar kesatuan disebutnya menjadi kunci sukses cepatnya penemuan Pesawat AirAsia dan evakuasi korban.
"Secara garis besar saya bangga kepada tim SAR Indonesia, baik Basarnas, TNI AD, TNI AL, TNI AU, kepolisian RI, dan tentunya rekan-rekan media. Dalam waktu hanya 3 hari kita sudah bisa menemukan bukti area lokasi jatuhnya pesawat ini," tutup pria kelahiran 4 Januari 1984 itu.
(ear/fjp)