Menurut pakar bernama Neil Hansford tersebut, rencana terbang berbahaya tersebut mungkin dibuat oleh sang kapten pilot atau kopilot.
Dikatakan Hansford, para pilot veteran akan menghindari wilayah tempat pesawat AirAsia diduga jatuh. "Mereka menyebut wilayah itu 'pabrik badai'," tutur Hansford pada Nine Network seperti dilansir Xinhua, Selasa (30/12/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Siapapun yang membuat rencana terbang itu -- sekarang kita tidak tahu apakah itu kopilot yang berasal dari Prancis atau kapten sendiri," tutur Hansford.
Hansford mempertanyakan bagaimana lancarnya komunikasi antara pilot yang seorang WNI dengan kopilot asal Prancis tersebut. "Dan bagaimana lancarnya mereka berkomunikasi? Yang satu dengan bahasa dasar Bahasa (Indonesia) dan yang satunya lagi dengan bahasa dasar Prancis," imbuh Hansford.
"Sebaik apakah bahasa Inggris antar mereka berdua," cetusnya. Hansford bahkan dengan yakin menyimpulkan bahwa ini kesalahan pilot, bukan karena masalah mesin.
Operasi pencarian AirAsia QZ8501 telah memasuki hari ketiga dengan zona pencarian semakin diperluas dari sebelumnya. Pencarian pesawat Airbus A320-200 tersebut dilakukan via udara maupun via laut dengan kapal.
Beberapa negara sahabat seperti Malaysia, Singapura, Australia serta Amerika Serikat ikut mengerahkan armada mereka untuk membantu pencarian.
(ita/ita)