Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia atau AirNav mengatakan bahwa pilot AirAsia ketika meminta izin naik ketinggian dari 32.000 kaki menjadi 38.000 kaki tidak pernah menyebut dengan pertimbangan faktor cuaca.
"Pesawat nggak pernah menyatakan bahwa meminta naik ketinggian karena pertimbangan cuaca. Dia hanya menyatakan request high level," ujar Direktur Safety and Standard AirNav Indonesia Wisnu Darjono dalam jumpa pers di kantor otoritas Bandara Soekarno -Hatta, Cengkareng, Banten, Senin (29/12/2014). AirNav adalah institusi yang diberi mandat oleh pemerintah untuk memberikan layanan navigasi penerbangan di seluruh Indonesia (Single Air Traffic Service/ATS Provider).
Menurut Wisnu, permintaan pilot untuk naik di ketinggian 38.000 ribu kaki merupakan permintaan yang normal dilakukan setiap hari. Biasanya pilot meminta ke level lebih tinggi itu untuk mendekati terbang pada economic level.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misalnya economic level-nya 35 ribu feet. Dia terbang di 30 ribu feet, berarti dia 5.000 di bawah economic level-nya. Dengan demikian dia harus menambah bahan bakar yang dari selisih bahan bakarnya sampai 10 persen dari seharusnya. Tetapi kalau dia (terbang) lebih tinggi dari economic level-nya per 1.000 feet sekitar 1 persen bertambahnya," bebernya.
Wisnu menuturkan, pilot pesawat biasanya meminta untuk terbang di economic level. Semua pilot pesawat meminta terbang ke economic level.
"Sebagian tidak diizinkan," tutur Wisnu. (Baca juga: AirAsia Belum Diizinkan Naik ke 38 Ribu Kaki karena Ada 6 Pesawat Lain).
Informasi ini sedikit berbeda dengan informasi yang muncul dalam jumpa pers Kemenhub pada Minggu kemarin yang menyebutkan bahwa pada pukul 06.12 WIB pesawat kontak ke ATC Jakarta pada ketinggian FL 320 atau 32 ribu kaki. Berdasarkan kontak AirAsia dengan ATC, pesawat meminta izin menghindari awan di ke arah kiri dari M-635, kemudian meminta naik ke ketinggian 38 ribu kaki.
(nik/nrl)