Fungsi ELT yakni memancarkan sinyal radio agar lokasinya bisa diketahui sistem deteksi yang ada. Frekuensi yang dipilih untuk operasi ELT adalah 121,5 megahertz (MHz) untuk darurat penerbangan sipil dan 243 MHz untuk penerbangan militer.
Dalam operasinya, sistem penentu lokasi darurat tersebut didukung dua satelit. Yang pertama adalah satelit-satelit Geosar (Geostationary SAR) dan yang kedua adalah satelit-satelit Leosar (Low-Earth Orbit Search-and-Rescue).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sistem Geosar didukung tiga satelit geostasioner (seperti halnya orbit Palapa, 35.000 kilometer), dua dari AS (GOES-Weast, GOES-East), 1 dari Eropa (MSG) dan satu dari India (INSAT-3D). Dengan adanya dua sistem di atas, sistem buminya pun dibuat untuk mendukung operasi Leosar dan Geosar.
ELT dapat dimanfaatkan untuk menetapkan lokasi jatuhnya pesawat di pegunungan, juga untuk memberikan pertolongan kepada kapal yang rusak di tengah laut. ELT juga bisa digunakan untuk mencari pendaki gunung yang hilang.
Namun ELT pada pesawat AirAsia yang hilang kontak di perairan antara Tanjung Pandan dengan Pontianak tidak memberikan sinyal ke markas Basarnas. Sejumlah dugaan pun mulai terlontar.
"Biasanya bunyi kalau ada benturan karena posisinya ada di dalam pesawat. Kalau terjadi benturan pada pesawat atau masuk dalam air pasti akan bunyi. Kecuali mendarat dengan halus, alat itu rusak, atau dikalibrasi ulang oleh pilet, " kata Kepala Basarnas Jakarta, Sutrisno, di Kantor Otoritas Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta, Minggu (28/12/2014).
(van/nrl)