Salah satu anggota Stapala, Wildan alias Codet menceritakan kronologis hilangnya Binar pada Senin (22/12) lalu. Pria berjenggot ini menghilang sekitar pukul 16.00 WIB, di sekitar ketinggian 1700 mdpl.
"Kami sedang melaksanakan pendidikan dasar (diksar) untuk calon anggota baru. Jumlahnya puluhan orang," kata Codet saat dikonfirmasi detikcom, Kamis (25/12/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Binar ini jalannya kecepetan, terus nyasar," ucapnya.
Rekan-rekan Binar langsung berusaha mencari pria yang telah kuliah selama 2 tahun di STAN ini. Mereka menemukan jejak Binar, yaitu berupa bekas bivak natural dan sajadah natural dari rerumputan. Mereka juga menemukan bekas jejak terperosok ke Sungai Ciherang.
"Dia jatuh saat mau ambil air ke Sungai Ciherang. Itu yang bikin badannya luka-luka dan lebam," tutur Codet.
Menurut pengakuan Binar, ia terus menelusuri sungai ke arah hilir agar bisa mencapai ke perkampungan. Selama 2 hari, Binar membuat bivak sementara di sekitar sungai. Binar masih memiliki cadangan makanan berupa cokelat dan gula jawa. Ia juga membawa sleeping bag untuk beristirahat saat malam hari.
Melihat ada cahaya dari perkampungan, Binar terus berjalan menelusuri sungai hingga tiba di salah satu rumah penduduk. Dalam kondisi badan lemas, Binar meminta salah seorang warga untuk menghubungi kampus STAN.
"Kampus kemudian kasih info ke kami. Lalu kami jemput dia di Jonggol," ujarnya.
Kegiatan diksar yang dimulai pada Sabtu (20/12) ini telah selesai pada Selasa (23/12). Seluruh siswa diksar juga telah dipulangkan pada hari yang sama. "Jadi yang tersisa tinggal kami, panitia-panitia aja," ujarnya.
Kini Binar telah dibawa pulang oleh keluarganya. Ia juga telah menjalani pemeriksaan rontgen dan hasilnya cukup baik.
"Siang ini kami semua pulang," tutup Codet.
(kff/jor)