Celoteh Pedagang Parsel di Cikini Menjelang Natal

Celoteh Pedagang Parsel di Cikini Menjelang Natal

- detikNews
Rabu, 24 Des 2014 15:20 WIB
Para pedagang parsel di Cikini (Foto: Yudhistira Amran Saleh/detikcom)
Jakarta - Setelah digusur PT Kereta Api Indonesia (KAI) dari lantai bawah Stasiun Cikini sejak September 2013 lalu, para pedagang parsel di Cikini masih bertahan membuka lapak di trotoar, termasuk menjelang Natal tahun ini. Namun, aturan gratifikasi hingga munculnya pusat perbelanjaan membuat keuntungan pedagang parsel Cikini tak 'secerah' dulu.

"Ya modalnya lumayanlah. Cuma untungnya paling hanya Rp 1.000-2.000. Nggak banyak. Itu juga buat modal rotannya aja. Padahal dulu sekitar tahun 2005 untungnya bisa Rp 20.000-50.000," kata Rizky (44) kepada detikcom di lapaknya yang dinaungi terpal biru, di Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Rabu (24/12/2014).

Orderan parsel memang biasanya ramai menjelang hari raya Idul Fitri atau Natal pada Desember 2014 ini. Sejak mulai berjualan pada tanggal 5 Desember 2014 lalu, baru 35 parsel yang laku terjual dari toko yang buka sejak pukul 07.00 WIB itu. Biasanya pembeli memilih paket parsel seharga Rp 300 ribu-an sementara Rizky sebenarnya juga menjual paket parsel yang harganya bisa mencapai Rp 1 juta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut ayah 2 anak ini, keuntungan penjualan parsel berkurang karena orang lebih suka membeli parsel di pusat perbelanjaan daripada dari para pedagang yang berderet di sekitar Stasiun dan Pasar Cikini itu. Apalagi saat ini pejabat dilarang menerima parsel untuk menghindari gratifikasi.

โ€œSebenarnya nggak usahlah dilarang-larang. Kasihan kayak kita ini. Sudah berdagang, meraup rezeki halal namun dibatasi," keluhnya.

Sedangkan Budi (77), yang menggelar lapaknya di samping bioskop Metropole XXI (dulu bernama Megaria-red) bingung mengembalikan modal usahanya karena lesunya penjualan. Demi mereguk keuntungan musiman dia meminjam uang Rp 5 juta dan kini sedang khawatir tidak bisa melunasi utang pinjamannya tersebut.

"Modal awal buat parsel Rp 5 juta. Dan itu boleh minjem. Dan ini lagi mpot-mpotan juga balikinnya. Mana balikinnya Rp 6 juta," kata Budi.

Sebenarnya Budi berprofesi sebagai tukang ojek yang biasa mangkal di Stasiun Cikini. Pendapatannya sebagai tukang ojek lebih besar daripada menjual parsel, namun demi langganannya ia rela libur ngojek.

"Rata-rata yang ke toko saya semua sudah pelanggan tetap. Jadi walau banyak yang berjualan parsel namun pelanggan setia saya tetap kemari," kata pria yang mengaku berbisnis parsel sejak tahun 1977 ini.

(nwk/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads