'Situs' Bebatuan di Gunung Jompong Apakah Buatan Manusia atau Alamiah ?

'Situs' Bebatuan di Gunung Jompong Apakah Buatan Manusia atau Alamiah ?

- detikNews
Rabu, 24 Des 2014 14:03 WIB
Trenggalek -

'Situs' bebatuan di Gunung Jompong Desa Sukokidul, Kecamatan Pule, Kabupaten Trenggalek bentuknya beragam mulai dari berbentuk pipih, lingga, menhir hingga berbentuk pilar yang tertata rapi seperti tembok. Apakah struktur bebatuan tersebut buatan manusia pra sejarah atau karena faktor alam ?.

"Menurut informasi yang pernah saya terima dari Pak Susilo (almarhum pakar sejarah dan sastra dari Trenggalek), bahan batu dari magma atau benda cair mulai yang lunak sampai menjadi batu dan tanah," ujar Abdul Hamid Wilis, pengamat sejarah dan budaya asal Trenggalek saat bincang-bincang dengan detikcom, Rabu (24/12/2014).

"Magma yang mengeras dan mengering di suatu tempat itu tidak harus satu jenis. Bisa juga bercampur antara jenis keras dan lunak. Antara yang tahan terkena sinar matahari, panas dan hujan. Dan ada juga yang
tahan dengan matahari, panas dan air," tuturnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan Panitia Sejarah Kabupaten Trenggalek ini mencontohkan, ada beberapa bebatuan yang bentuknya mirip dengan bebatuan yang memiliki struktur seperti tumpukan pilar atau tembok di beberapa gunung lainnya
di Kabupaten Trenggalek seperti, di Gunung Orak-Arik, Sukorame, dan tempat lainnya di Trenggalek.

"Bentuknya ada seperti tiang-tiang atau beton cor yang berdempetan. Dengan demikian, lekukan-lekukan di batu tersebut kemungkinan karena alam, terkena panas dan air hujan menjadi luluh," paparnya.

Hamid yang pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Trenggalek mulai Tahun 1967-1997 mencontohkan kembali bentuk bebatuan yang mirip seperti dibuat oleh tangan manusia. Seperti di Goa Lawang, yang dinding-dindingnya ada seperti kamar dan terdapat pintu-pintu.

"Dinding batunya tipis dan berdiri seolah-olah seperti bangunan. Misalnya kalau dikasih atap sudah seperti rumah. Itu (dinding di goa) juga alamiah," ujarnya.

Ketika disinggung mengenai hubungan dengan manusia pra sejarah, Hamid menerangkan, kawasan Pule merupakan pos peristirahatan bagi manusia pra sejarah dari Ponorogo dan Pacitan yang melakukan perjalanan menuju
ke masyarakat pra sejarah di sisi timur yakni di Wajak Kabupaten Tulungagung.

Katanya, awal manusia pra sejarah masih belum bisa membuat rumah, peralatan dapur. Mereka merasa aman tinggal di gua. Sedangkan manusia pra sejarah generasi kedua, keilmuannya lebih tinggi. Mereka bisa
bertenak, bertani, membuat alat-alat dapur, senjata kapak yang lebih sempurna hingga membuat rumah.

"Kalau menciptakan bangunan besar itu untuk apa. Kalau memang dalam rangka sebagai tempat penyembahan, mestinya sejarah menyebutkan kepercayaan itu," katanya sambil menambahkan, Hindu masuk ke Indonesia mulai Abad ke 3.

Dengan berbagai alasan yang dikemukakannya, salah satu pendiri Barisan Ansor Serbaguna (Banser) berkesimpulan bahwa, bentuk bebatuan di Gunung Jompong, Desa Sukokidul Kecamatan Pule adalah karena faktor
alam.

"Nah itulah alasan saya, kemungkinan karena alamiah," tambahnya.

Menurutnya, jika ada fakta baru yang menguatkan bahwa bentuk bebatuan itu karena sentuhan tangan manusia, dirinya pun akan mengakui sesuai temuan baru.

"Kalau ada fakta baru, berarti yang (asumsi) lama tidak digunakan. Kalau tidak ada fakta baru, berarti yang lama tetap dipegang," tandas mantan Ketua PCNU Kabupaten Trenggalek.

(roi/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads