Cerita Tentang Nama 'Muhammad Mexico' dan Bantuan Tulus dari Negeri Taco

10 Tahun Tsunami Aceh

Cerita Tentang Nama 'Muhammad Mexico' dan Bantuan Tulus dari Negeri Taco

- detikNews
Rabu, 24 Des 2014 12:55 WIB
Getty Imagaes
Jakarta - Puluhan negara membantu proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pasca peristiwa tsunami. Salah satu yang disebut membantu dengan hati adalah negara nun jauh di benua Amerika, Meksiko. Berbagai cerita menarik pun terungkap dalam perjalanannya.

Dalam buku biografi mantan dubes RI di Meksiko Ahwil Lutan yang ditulis oleh Hendrar Pramudyo, terangkum rangkaian kisah tentang upaya bantuan dari Meksiko untuk rakyat Aceh. Mereka yang notabene dalam kondisi kurang baik secara ekonomi kala itu, masih tetap mau menyumbang demi perbaikan di bumi Serambi Makkah.

"Betapa terkejut perasaan warga Indonesia di Mexico City dengan reaksi dan perhatian yang begitu besar dari pemerintah dan rakyat Meksiko saat terjadi musibah gempa dan tsunami di Aceh. Mereka menjadi saksi bagaimana rakyat Meksiko yang mayoritas beragama Katolik sungguh-sungguh membantu dengan hati kepada korban gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatera Utara akhir tahun 2004. Mereka ternyata masih mengingat bantuan yang pernah diterimanya dari dunia pada saat gempa bumi dahsyat menghancurkan Mexico City tahun 1985," demikian tulis Hendrar dalam bukunya, seperti yang dikirim kepada redaksi@detik.com, Rabu (24/12/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Hendrar, tercatat 64 ton barang bantuan berupa pakaian dan makanan ditambah 10 ton obat-obatan senilai USD 1,5 juta yang diterima langsung di kantor KBRI Mexico City kala itu. Dari USD 1,5 juta tersebut perusahaan obat Astra Xeneca telah memberikan sumbangan obat sakit kulit Xyloderm senilai USD 550.000. Dan sisanya USD 1 juta adalah obat-obatan antibiotik yang diterima dari Yayasan Rivera Venegas, perusahaan obat Alfarma dan perusahaan obat Kendrick. Harga taksiran tersebut adalah harga pabrik untuk bantuan kemanusiaan sehingga harga di pasar sudah pasti bisa berlipat–lipat.

Selain dalam wujud barang, KBRI Mexico City juga menerima sumbangan uang sebesar Pesos 6.437.912,94 atau lebih kurang USD 600.000 di bank account Embajada de Indonesia Damnificados Aceh yang dibuka atas permintaan masyarakat setempat. Uang itu kemudian langsung disalurkan ke Aceh.

Pada tanggal 3 Juli 2005, Duta Besar RI Ahwil Lutan bersama Duta Besar Meksiko untuk Indonesia Pedro Gonzales Rubio Sanchez mengunjungi Desa Meurendeh untuk meresmikan selesainya pembangunan gedung asrama Panti Asuhan tersebut. Dan pada tanggal 12 Juli telah dilakukan kontrak pembelian 20 unit mobil ambulans senilai Rp.4.000.000.000 antara KBRI Mexico City dan PT Jana Raya Jakarta, yang disumbangkan untuk rumah sakit di Aceh dan Pulau Nias.

“Kami adalah bagian dari Anda dalam membantu rakyatmu," kata Dubes Meksiko di Indonesia saat itu kepada Ahwil Lutan.

Bantuan dari Meksiko dikirim menggunakan 2 kapal AL, Zapoteco dan Usumacinta, yang tiba di Indonesia tanggal 27 Februari 2005. Keberangkatan 2 kapal tersebut kemudian disusul dengan keberangkatan sebuah kapal perang terbesar yang pernah dimiliki oleh AL Meksiko Papaloapan yang tiba di Indonesia tanggal 2 April 2005.

Peristiwa ini mempunyai nilai historis bagi AL Meksiko karena dilakukan di bawah konstitusi yang melarang pengiriman kapal perang keluar wilayah, bahkan untuk operasi di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa. Rakyat Meksiko dapat menyaksikan perjalanan kapal-kapal tersebut yang selama 45 hari mengarungi lautan Pasifik melalui siaran langsung dari TV Azteca yang ikut serta.

"Rakyat Meksiko juga menyaksikan gambaran saat-saat kapal-kapal itu mendarat dan pasukan Marinir Meksiko membentuk barisan semut untuk menurunkan barang bantuan di pelabuhan Belawan maupun Banda Aceh," cerita Hendrar.

Nah, banyak cerita menarik dari para awak kapal perang Meksiko yang pulang dari menjalankan misi kemanusiaan ke Aceh. Dikabarkan, dua ibu muda warga Aceh yang melahirkan di kapal Rumah Sakit Zapoteco telah memberi nama masing-masing Muhammad Mexico dan Ahmad Mexico untuk anaknya itu.

Lalu, ada juga kisah cinta yang terjalin antara awak kapal dan gadis Aceh. Seorang awak kapal sempat menitipkan surat kepada staf KBRI Mexico City untuk disampaikan kepada kekasihnya di Aceh. Ia bertemu staf KBRI Mexico City yang menghadiri acara pemberian piagam penghargaan oleh Duta Besar RI atas nama Pemerintah RI kepada 800 awak kapal yang telah kembali menjalankan tugas operasi kemanusiaan di Aceh. Nampaknya ia telah jatuh cinta kepada seorang dara Aceh.

"Namun karena hubungan komunikasi yang masih rusak keduanya sangat sulit berhubungan langsung melalui telepon. Tsunami telah mentautkan kedua hati," tambahnya.

Menanggapi bantuan dari Meksiko, Presiden SBY sempat mengirimkan ucapan terima kasih berupa surat.

“His Excellency Mr.Vicente Fox Quesada
President of the United Mexican States, Mexico City

Your Excellency,
The Government and the people of the Republic of Indonesia join me in extending to you, to the people of Mexico our profound appreciation for the sympathetic message sent to me over the recent deadly earthquake which had ravaged some islands off the western coast of Sumatera.

Such words of solace will certainly be conveyed to the victims and their respective family members to help them heal the wounds caused by this traumatic experience.

Please accept, in turn, Your Excellency, the assurance of my highest consideration.

Dr.H.Susilo Bambang Yudhoyono
President of the Republic of Indonesia”.

"Rakyat Indonesia perlu mencatat dalam hati, bahwa rakyat Meksiko memang sungguh-sungguh membantu dengan hati," tulis Hendrar di penutup bab bukunya.

(mad/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads