"Bukan soal, bagaimana ya... Sosok Bu Mega memang dibutuhkan. Bukan soal tergantikan atau tidak tergantikan. Nggak sependapat aku soal itu," kata Panda saat diwawancarai detikcom di PN Jakarta Pusat, Selasa (23/12) kemarin.
"Sekarang, siapalah yang mau maju sebagai ketum? Semua pada tahu diri. Tahu diri dalam arti kata, ini masih eranya Mega. Mega masih dibutuhkan. Kepemimpinan dia masih dibutuhkan," sambung Panda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kongres di Bali itu pertemuan yang sangat strategis, jadi bukan soal ketua umum saja. Di Bali nanti lebih banyak membicarakan masalah program dan strategi. Ini kan satu hal yang baru juga, artinya presidennya bukan dari struktur partai. Caranya mengantisipasi itu seperti apa," ucap Panda.
Kata Panda, biasanya Ketum PDIP yang menjadi capres saat Pilpres 2014 lalu. Namun Megawati memberikan mandat kepada kadernya, yakni Joko Widodo (Jokowi) untuk maju. Jokowi kemudian terpilih menjadi Presiden RI ke-7.
"Belum pernah ada satu sejarah seperti ini. Biasanya kan ketua umumnya jadi capres, ketua-ketuanya jadi menteri. Ini kan putus sama sekali. Ini kan suatu hal yang baru. Di sinilah PDIP mengantisipasi seperti apa. Gitu loh. PDIP menyikapi itu kayak apa, di daerah-daerah juga kayak apa. Jadi nggak gampang. Di dalam situasi itu, Mega, selama kepemimpinan dari '93 dia belum pernah mengalami ini. Dulu dia ketua, dia presiden. Ini sekarang, dia ketua, dia bukan presiden," papar Ketua DPD PDIP Sumatera Utara itu.
"DPP PDIP sekarang 80 persen anak muda semua. Si Hasto, Maruarar, anak muda semua itu. Gitu lo. Itu selama sejarah PDIP belum pernah seperti ini. Anak muda semua. Dalam situasi inilah dibutuhkan kepemimpinan dia (Megawati), kematangan dia, jam terbang dia," sambung Panda.
(bar/trq)