Keceriaan pagi itu seketika berubah kala gempa berkekuatan 9,3 Skala Richter mengguncang bumi Aceh. Semua panik dan memilih pulang ke rumah masing-masing di Desa Tibang, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Usai merasakan goyangan gempa sekitar 8 menit, Martunis menuju ke sebuah tambak tak jauh dari rumah. Sambil berlari, ia terus menyusuri jalan untuk mencari ayahnya.
Di tambak, Martunis bertemu dengan ayahnya yang sedang bekerja. Ayahnya meminta Martunis pulang ke rumah lebih dulu sementara dirinya akan menyusul di belakang. Ia menuruti perintah itu. Belum jauh ia berjalan, tiba-tiba di belakangnya sudah ada gelombang raksasa mulai menyapu bibir pantai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasur yang menjadi tempat berlindung Martunis di tengah gelombang dahsyat juga ikut tenggelam. Ia kemudian bertahan di atas sebuah pohon yang hanyut. Saat air mulai surut, Martunis terbawa arus hingga ke kawasan Peunayong, Banda Aceh yang berjarak sekitar 5 kilometer dari tempatnya. Usai melewati Peunayong, Martunis pingsan hingga beberapa jam.
Ketika siuman dari pingsan pada esok subuh, Martunis telah berada di atas sofa di dekat Makam Syiah Kuala di Desa Deyah Raya, Kecamatan Syiah Kuala. Ia tak mengetahui bagaimana dirinya berpindah dari pohon ke atas sofa hingga berada di sana. Kala sadar, Martunis melihat di selilingnya hanya ada puing-puing akibat tsunami dan mayat-mayat bergelimpangan.
"Saya tidak tau lagi dimana letak kampung waktu itu. Semuanya sudah rata," kata Martunis saat ditemui di rumahnya, Rabu (24/12/2014). Mata Martunis berkaca-kaca.
Martunis yang masih berusia 7 tahun bertahan sendiri di dekat makam Syiah Kuala selama 21 hari. Untuk bertahan hidup, ia memungut makanan ringan dan air mineral yang terseret gelombang untuk mengganjal perutnya. Tak ada seorangpun di sana selain mayat-mayat yang tergeletak di antara puing-puing.
Kulit Martunis berubah menjadi lebih hitam akibat sengatan mentari selama berhari-hari. Tubuhnya kurus. Ia kerap menangis kala mengingat nasib keluarganya, tapi semangatnya untuk bertahan hidup tetap membara. Ia berjuang sendiri di sana sambil berharap dapat berkumpul kembali bersama ayah, ibu, kakak dan adiknya.
Baru pada hari ke 21, dua orang yang sedang mencari keluarganya di sana menemukan Martunis. Ia kemudian menyerahkan bocah ajaib ini pada wartawan Sky News yang sedang meliput di Banda Aceh. Kisah selamat Martunis dari amuk tsunami menghiasi layar televisi hingga sampai ke Portugal. Terlebih ia saat itu masih mengenakan kostum tim nasional Portugal.
Usai ditemukan, Martunis dibawa ke sebuah rumah sakit untuk menjalani pengobatan dan dirawat di sana selama dua malam. Di beberapa bagian tubuhnya mengalami luka akibat goresan paku maupun saat terbawa gelombang. Dari rumah sakit, Martunis selanjutnya dibawa pulang ke rumah neneknya di kawasan Lamreung,Ulee Kareng, Banda Aceh.
"Saya bertemu kembali sama ayah di rumah sakit. Ibu, adik dan kakak hingga hari ini tidak ditemukan jenazahnya," cerita Martunis.
Kisah sosok Martunis menarik perhatian pemain timnas Portugal, tak terkecuali Cristiano Ronaldo yang saat itu masih membela Manchester United. Lima bulan usai tsunami menghumbalang Aceh, Martunis bersama ayahnya, Sarbini dan seorang relawan diundang secara khusus ke negara berbahasa Portugis tersebut.
Ia dijamu sejumlah bintang Portugal seperti Luis Figo, Rui Costa, Ronaldo, Nuno Gomes, dan lainnya. Pelatih Luiz Felipe Scolari, serta Gilberto Madail, ketua Federasi Sepak Bola Portugal ikut memberi sambutan ketika itu.
"Saya berada di Portugal selama 15 hari. Di sana kami dibawa jalan-jalan ke sejumlah tempat," ungkapnya.
Setelah itu, nama Martunis mendunia. Keajaiban dan kisah tragisnya jadi perhatian orang. Ia dipertemukan dengan orang-orang penting, mulai dari pesepakbola internasional, penyanyi kelas dunia seperti Celine Dion, hingga mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kini usia Martunis sudah beranjak 17 tahun. Ia masih terus mengagumi sosok Ronaldo. Kecintaannya itu dibuktikan dengan memotong gaya rambut sama persis dengan pemain pemilik nomor punggung 7 tersebut. Sungguh berbeda dibanding Martunis kecil saat tsunami menerjang 10 tahun silam.
(try/try)