Gedung-gedung tua biasanya identik dengan kisah-kisah menyeramkan yang menyelimutinya. Tak terkecuali, bangunan zaman kolonial Lawang Sewu yang berada di kawasan Tugu Muda, Semarang, Jawa Tengah.
Padahal saat ini bangunan yang mulai dibangun pada tahun 1904 itu sedang bersolek. Di bawah pengelolaan PT KAI, Lawang Sewu sedang direnovasi. Dinding gedung yang tadinya kusam kini telah dicat, pun sejumlah titik penerangan tambah mempercantik Lawang Sewu.
âNamun agaknya kisah-kisah seram seputar keangkeran Lawang Sewu masih menarik sejumlah orang yang mencari peruntungan. Mereka mendatangi Lawang Sewu dengan maksud-maksud tertentu demi kepentingan pribadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa titik di Lawang Sewu memang masih menyimpan kisah-kisah kekejaman perang pada zaman kolonial. Sebut saja, lorong bawah tanah dan loteng gedung yang diyakini dihuni banyak makhluk halus.
"Soalnya kalau menurut orang-orang yang mengetahui, ya kayak orang pintar gitu, Lawang Sewu jadi tempat buangan. Kalau orang abis ritual lalu dibuang di Lawang Sewu," ucap Ari.
Bangunan yang bernama Nederlans-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS itu sendiri dulu sebenarnya digunakan Belanda sebagai kantor kereta api. Arsiteknya sendiri yaitu Prof Jacob F Klinkhamer (TH Delft) dan BJ Quendag.
Namun saat Jepang berhasil menduduki Lawang Sewu, bangunan itu kemudian dijadikan penjara bagi tawanan perang. Menurut cerita, para tawanan perang itu kemudian dipenjara hingga mati. Kisah-kisah mistis pun merebak dan membuat ketenaran Lawang Sewu yang angker tersebar di publik.
Nama Lawang Sewu sendiri berasal dari Bahasa Jawa yang memiliki arti Pintu Seribu. Nama itu konon terucap begitu saja dari masyarakat pribumi melihat bangunan itu memiliki banyak pintu serta jendela. Padahal apabila dihitung secara pasti, jumlah pintu di Lawang Sewu tak sampai seribu.
(dha/ndr)