Dibangun pada tahun 1904, bangunan yang bernama Nederlans-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS itu rampung dikerjakan pada tahun 1907. βGedung yang digunakan sebagai kantor kereta api itu diarsiteki oleh Prof Jacob F Klinkhamer (TH Delft) dan BJ Quendag.
Nama Lawang Sewu sendiri berasal dari Bahasa Jawa yang memiliki arti Pintu Seribu. Nama itu konon terucap begitu saja dari masyarakat pribumi melihat bangunan itu memiliki banyak pintu serta jendela. Padahal apabila dihitung secara pasti, jumlah pintu di Lawang Sewu tak sampai seribu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
β"Ini memang masih tahap renovasi. Di beberapa tempat juga masih belum boleh dibuka untuk umum. Tapi biasanya nanti ketika ada pameran akan dibuka untuk umum," ucap Ari, seorang pemandu yang menemani berkeliling Lawang Sewu.
Saat berkeliling gedung tua peninggalan zaman Belanda itu serasa kembali ke masa lalu. Bangunan megah dengan sentuhan khas negeri Kincir Air itu tampak jelas. Daun pintu yang terbuat dari kayu tampak menjulang tinggi. Di bagian bangunan utama tampak pula ornamen kaca berlukiskan noni-noni Belanda. Sayangnya, hari itu gedung utama tidak dibuka untuk umum.
Lawang Sewu sendiri tak lepas dari citra angker dan horor. Maklum saja, saat belum dilakukan renovasi, Lawang Sewu tak terawat dan dibiarkan saja mangkrak. Berbagai kisah mengenai penampakan-penampakan makhluk halus pun tersebar dari mulut ke mulut.
Tak ayal, banyak orang yang penasaran dan mencoba menyambangi Lawang Sewu. Malahan, Lawang Sewu pernah pula menjadi salah satu lokasi uji nyali yang disiapkan oleh salah satu stasiun televisi swasta.
"Maklum lah, mas. Kalau nggak ada cerita seperti itu, orang nggak penasaran dan datang. Tapi sekarang yang disuguhkan seninya. Banyak acara dan pameran diadakan," jelas Ari dengan Bahasa Indonesia yang kental aksen medok Semarang.
Benar saja, saat berkeliling dan menikmati keindahan bangunan Lawang Sewu, tampak beberapa pekerja sepertinya sedang mempersiapkan panggung pagelaran. Di akhir pekan ini akan diselenggarakan pertunjukan wayang kulit. Tentu sangat cantik apabila pertunjukan kesenian itu dilatari bangunan Lawang Sewu yang bermandikan cahaya.
"Sebagai salah satu daya tarik dan melestarikan budaya Jawa. Nantinya petugas di sini juga akan mengenakan seragam pegawai kereta api zaman Belanda dulu yang warnanya putih-putih," ucap Ari sembari masih menemani berkeliling Lawang Sewu.
(dha/ndr)