Selama ini tak pernah ada lapas tersendiri untuk para pelaku teror. Ada harapan agar para teroris ini disatukan dalam lapas khusus. Napi teroris amat berbahaya, bisa mempengaruhi napi lainnya.
"Di Lapas itu, teroris itu sangat menguasai. Perampok saja mereka takut. Karena kesan teror yang sangat menakutkan di masyarakat. Ke depan lapas (teroris) harus jadi satu. Artinya dipisahkan dan diberikan pemantauan dengan rutin," kata seorang Perwira Densus 88 Polri yang minta tidak disebutkan namanya dalam diskusi Perkembangan ISIS dan Terorisme di Indonesia dan Penanggulangannya di gedung Pasca sarjana UI, Jalan Salemba, Jakarta Pusat, Senin (22/12/2014). Dalam diskusi ini hadir Direktur Penindakan BNPT Petrus Golose, Prof Azyumardi Azra, Prof Sarlito W Sarwono, Prof Ronny Nitibaskara.
Menurutnya penyatuan pelaku teror saat ini dengan napi lain dapat menggerakkan beberapa gerakan pemberontakan dalam lapas. Dia mencontohkan peristiwa kebakaran di Lapas Tanjung Gusta, Medan salah satunya dipelopori seorang napi pelaku teror.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, perlu pendekatan khusus pada para napi pelaku teror. Hal ini karena banyak kasus teror yang mengaitkan ideologi agama di dalamnya. Penanganannya pun tak hanya pada napi saja tapi termasuk keluarganya.
"Penanganannya memang harus menggunakan hati nurani dan sampai menyentuh mantan napi, napi dan keluarga mereka," ucapnya.
(bil/ndr)