
Pelaku insiden di Dijon disebutkan dalam kondisi tidak stabil dan dirawat di RSJ
Seorang pengemudi yang meneriakkan kalimat "Allahu Akbar" menyerang para pejalan kaki di Dijon, Prancis. Akibatnya, sebanyak 11 orang terluka, dua di antara mereka luka parah, seperti dilaporkan media Prancis.
Pengemudi itu ditahan setelah menabrak pejalan kaki di lima lokasi yang berbeda di kota tersebut dalam kurun setengah jam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua korban luka serius di Dijon disebutkan tidak berada dalam bahaya.
Sebagaimana dilaporkan kantor berita AFP, seorang saksi mata mengatakan kepada polisi bahwa pengemudi yang berusia 40 tahun itu juga menyatakan, "tindakannya itu untuk anak-anak di Palestina".
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Prancis mengatakan kepada stasiun televisi Prancis bahwa dia yakin pengemudi itu bertindak sendirian.
Pengemudi itu memiliki catatan kriminal ringan pada 20 tahun yang lalu.
Insiden tersebut ditanggapi Perdana Menteri Prancis, Manuel Valls, dengan menuliskan solidaritasnya bagi para korban melalui Twitter.
Investigasi
Sebelumnya, Polisi Prancis menembak seorang pria yang juga meneriakkan kalimat "Allahu Akbar" saat menyerang dan melukai korbannya dengan sebuah pisau.

Insiden di Dijon terjadi setelah kasus penyerangan terhadap polisi
Pria itu menyerang tiga polisi di Kota Tours sebelum akhirnya ditembak mati.
Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve melalui televisi Prancis mengatakan pria itu "sangat tidak stabil".
Penyelidik anti-terorisme mulai menginvestigasi serangan tersebut.
Prancis memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di Eropa bagian barat - yang mencapai sekitar lima sampai enam juta jiwa.
Sejumlah serangan yang dilakukan warga muslim terjadi beberapa tahun terakhir.
Tahun lalu, seorang mualaf menikam prajurit di Paris. Lalu, pada 2012 lalu, pria yang pernah menjadi pejuang di Suriah selama setahun, Mohammed Merah, menembak mati tujuh polisi di kota Toulouse. Dia bunuh diri ketika dikepung polisi.