"Jika pemilu legislatif dilakukan saat ini (saat survei dilakukan), maka elektabilitas Golkar hanya sebesar 8,4 %. Elektabilitas Golkar yang kini hanya di bawah 10% merupakan terendah dalam sejarah perjalanan politik Partai Golkar," kata peneliti LSI, Ardian Sopa, dalam paparan hasil survei LSI di kantornya di Jl Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (19/12/2014).
Jika melihat perolehan suara Golkar di tiga pemilu terakhir pasca reformasi, elektabilitas Partai Golkar selalu di atas 10%. Pada pemilu 1999, meski dihujat dan dianggap sebagai musuh reformasi, Partai Golkar masih bisa memperoleh 22,44% suara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika konflik ini berlanjut, maka Golkar bisa saja menggali kuburnya sendiri. Elektabilitas partai akan semakin merosot karena citra buruk yang melekat akibat konflik elite partainya sendiri. Partai Golkar terancam hanya menjadi partai kelas dua atau bahkan
partai gurem," katanya.
"Tak ada pilihan lain bagi Golkar selain melakukan islah dan membenahi kembali partai bersama-sama. Konflik tersebut merugikan kedua kubu Golkar," pungkasnya.
Survei ini dilakukan melalui quick poll pada tanggal 16-17 Desember 2014, menggunakan metode multistage random sampling dengan 1.200 responden. Margin of error sebesar kurang lebih 2,9 persen. Survei dilakukan di 33 provinsi di Indonesia dan dilengkapi penelitian kualitatif โdengan metode analisis media, FGD dan in depth interview.
(van/nrl)