"Partai Golkar terancam hanya menjadi partai kelas dua atau bahkan partai gurem. Tidak ada pilihan lain bagi Golkar selain islah dan membenahi partai bersama-sama. Konflik ini merugikan dua kubu Golkar," kata peneliti LSI Denny JA Ardia Sopa di kantornya, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (19/12/2014).
Melalui Islah, survei menyarankan Golkar menghasilkan 2 produk. Pertama adalah melakukan munas bersama atau rekonsiliasi atas dasar kesepakatan 2 kubu mengenai panitia penyelenggara, waktu dan tempat pelaksanaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Produk kedua adalah islah dengan kesepakatan power sharing, baik kubu Agung Laksono maupun Aburizal Bakrie harus sepakat mengelola Golkar bersama. Kedua belah pihak harus merasa diakomodasi dalam jabatan dan peran.
"Menurut publik, ini adalah cara yang murah dan cepat namun dibutuhkan kerelaan kedua pihak untuk berbagi," ujar Ardian.
Akan tetapi, ada 2 kendala dalam upaya islah yang akan dihadapi. Yakni, kendala siapa yang akan jadi ketua umumβ dan posisi Golkar sebagai ketua KMP juga membuat upaya rekonsiliasi menjadi sulit karena Munas Jakarta memutuskan mendukung pemerintah.
Hasil survei juga menunjukkan elektabilitas Partai Golkar merosot jauh di bawah 10 persen. Jika Pileg diadakan saat ini (ketika survei dilakukan -red), maka elektabilitas Golkar hanya 8,4 persen.
"Elektabilitas Golkar yang kini di bawah 10 persen adalah terendah dalam sejarah perjalanan politik Partai Golkar," ulas Ardian.
Survei ini dilakukan melalui quick poll pada tanggal 16-17 Desember 2014, menggunakan metode multistage random sampling dengan 1.200 responden. Margin of error sebesar kurang lebih 2,9 persen. Survei dilakukan di 33 provinsi di Indonesia dan dilengkapi penelitian kualitatif dengan metode analisis media, FGD dan in depth interview.
(vid/trq)