"Kami sangat menghormati Bang Akbar Tandjung. Beliau mantan ketua umum dan senior, tetapi kita menolak sebagai mediator, karena mediator harus netral. Kita sayangkan beliau mencla-mencle di mana masyarakat belum lupa atas pernyataan-pernyataan dan keberpihakan di kubu Ical," kata salah satu ketua DPP hasil Munas Jakarta, Leo Nababan, dalam pesan singkat kepada detikcom, Jumat (19/12/2014).
Leo menyayangkan Akbar Tandjung tak memberikan teladan baik untuk juniornya. Padahal konsistensi itu penting untuk politikus sekaliber Akbar Tandjung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan salahkan kami kalau meragukan integritasnya bila jadi mediator. Apalagi Akbar Tandjung ketua dewan pertimbangan (kubu Ical) sedangkan kami punya ketua dewan pertimbangan sendiri yaitu Pak Siswono Yudo Husodo," imbuh orang terdekat Agung Laksono ini.
Dia juga menampik klaim Akbar yang merasa berjasa menyelamatkan Golkar. Karena kala itu banyak tokoh yang berjuang mengangkat Golkar yang terpuruk di masa reformasi.
"Selanjutnya peran beliau kita akui sewaktu dulu Golkar terpuruk. Wajar saja karena beliau ketua umum, namun bukan beliau sendiri, ada juga tokoh lain seperti Agung Laksono Ketua Organisasi, Keanggotaan, dan Kaderisasi (OKK), Priyo Budi Santoso, Yorrys, dll. Sekali lagi bedakan menghormati senior dan peran mediator yang netralitasnya harus terjamin," pungkasnya.
(van/nrl)