Kamis (18/12) malam salah soerang dari lima juru runding kubu Agung Laksono menggelar pertemuan dengan Akbar di kediamannya di Jl Purnawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Akbar tak mau mengungkit siapa juru runding yang bertemu dengannya itu. Namun lima orang juru runding yang ditunjuk Agung Laksono untuk menjajaki islah antara lain Priyo Budi Santoso, Yorrys Raweyai, Ibnu Munzir, Agun Gunandjar Sudarsa, dan Andi Mattalatta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertemuan tersebut membahas skema islah partai beringin. Sejumlah cara ditempuh antara lain penyelesaian melalui Mahkamah Partai, melalui pengadilan, atau munas islah sebagai jalan keluar terbaik. Namun demikian belum ada kata sepakat, masih akan ada pertemuan-pertemuan penting berikutnya untuk menuju ke munas islah.
Akbar menggarisbawahi pentingnya islah lantaran Golkar bisa melewatkan agenda politik besar yakni Pilkada serentak pada tahun 2015, jika perpecahan belum bisa diselesaikan. Akbar mewanti-wanti agar kedua kubu tidak egois.
"Yang terpenting bagaimana menyelamatkan partai," kata Akbar.
Pertemuan ini cukup mengejutkan lantaran kubu Agung Laksono terus bersuara keras menolak Akbar Tandjung menjadi mediator islah. Mereka menyayangkan sikap plin-plan Akbar Tandjung yang kini duduk sebagai Ketua Wantim Golkar versi Munas Bali.
"Kubu Agung Laksono akan menolak kalau Akbar Tandjung dikirim dari sana (Ical). Karena dia bagian dari konspirasi (Munas) Bali. Karena kami tidak ingin sosok Akbar Tandjung yang ngomong pagi tahu, sore tempe. Dia katakan Munas Bali tidak sah. Besok-besok dia katakan, Munas Bali yang sah," kata salah satu ketua DPP hasil Munas Jakarta, Leo Nababan, di Kantor DPP Golkar Slipi, Jakarta Barat, Selasa (16/12/2014).
Pernyataan keras Leo itu menuai reaksi Akbar. Sebagai sesepuh Golkar, Akbar mengingatkan Leo bahwa dirinya sudah berjuang menyelamatkan Golkar saat gejolak reformasi.
"Faktanya di era reformasi Golkar ditolak, kita dikejar-kejar waktu kantor Golkar dibakar. Alhamdulillah kita bisa melewati dan memenangkan Pemilu 2004," kata Akbar yang memperkenalkan jargon Golkar Baru ini.
Namun ternyata masih ada juga kubu Agung Laksono yang hormat kepada Akbar Tandjung. Ibarat kisah remaja, Agung Cs benci tapi rindu kepada sang mahaguru.
(van/nrl)