Bak Film Into The Storm, Ini Kisah Tukang Ojeg yang Videokan Angin Puting Beliung

Bak Film Into The Storm, Ini Kisah Tukang Ojeg yang Videokan Angin Puting Beliung

- detikNews
Jumat, 19 Des 2014 12:50 WIB
Bandung -

Suara parau Deden Kusnandi alias Embu (40) bergetar mengumandangkan azan sewaktu menyaksikan langsung pergerakan angin puting beliung. Dia tak henti melantangkan takbir sambil mengabadikan momen detik-detik putaran angin kencang yang dampaknya merusak sekitar 700 rumah di wilayah timur Kota Bandung. Pria bekerja pengemudi ojeg ini menaruhkan nyawa di tengah suasana mencekam.

"Enam kali saya kumandangkan azan. Seumur-umur baru pertama melihat dan merekam bencana angin puting beliung," ujar Embu sewaktu berbincang di tempat pangkalan ojeg Arda, Jalan Cagak, Pangaritan, Keluruhan Mekar Mulya, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung, Jumat (19/12/2014).



Embu 'bersenjatakan' ponsel BlackBerry tipe Gemini putih saat merekam video angin puting beliung yang terjadi Kamis (18/12) sore, sekitar pukul 16.45 WIB. Bapak dua anak ini kebetulan berada di tempat pangkalan ojeg bersama sejumlah karibnya. Dua gambar visual bergerak yang direkamnnya berdurasi 5 menit 30 detik dan satu menit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa yang dilakukan Embu mungkin seperti yang dilakukan para pemburu badai di film Into The Storm. Film Hollywood itu berkisah para videografer yang mengabadikan badai dahsyat.

"Allahu akbar," terdengar suara Embu sambil menunjukkan tayangan videonya tersebut.

"Saya melihat ada buntut hujan. Lalu saya iseng rekam. Nah tiba-tiba di langit itu ada pusaran angin. Terus saja direkam," kata Embu menambahkan.

Kondisi sudah reda hujan. Embu berdiri sambil membidik angin puting beliung ke arah gudang alat kesehatan yang jaraknya sekitar 50 meter. Dalam video, amuk angin mengakibatkan atap gudang terlepas. Seng, atap, plastik dari bangunan lain terlihat jelas berterbangan.

"Suara angin bergemuruh. Anginnya memutar dan bergerak perlahan," ujarnya.

Angin mendekat, dia bergegas menyelamatkan sepeda motornya ke rumah mertua yang jaraknya 30 meter. Tanpa sadar, Embu lupa mematikan rekaman. "Refleks. Saya masukan handphone ke saku jaket kulit. Saya meminta warga segera berlindung dan masuk rumah," kata pria bertato ini.

Kisah dahsyatnya angin belum berakhir. Embu mengaku sempat tertiup angin. Tubuhnya terhempas. "Buru-buru saya memeluk beton gapura. Saya pasrah kalau tersedot angin," tuturnya.

Sekilat kemudian, Embu kembali 'memburu' angin puting beliung yang mengarah ke timur. Dia merekam singkat sembari melangkahkan kaki mengikuti angin. Embu makin penasaran. Jemarinya memegang erat ponsel.

Nampak dalam video, sejumlah seng melayang kencang ke arah tubuhnya. Situasinya dramatis. Embu seorang diri. Warga memilih menyalamatkan diri ke dalam rumah. "Prak..prang," suara angin memporak porandakan atap rumah.

Gambar lainnya ada seng menyangkut di bentangan kabel. "Ini tangan kanan saya kena sabetan seng," kata Embu.

"Memang taruhannya nyawa. Tapi bukan berarti menantang maut atau sok jagoan. Saya ingin ada bukti nyata. Saya terinspirasi tayangan televisi yang orang-orang rekam tornado," tutur Embu.

Dia menilai pengalaman merekam anging puting beliung itu membawa hikmah. "Ya, semakin saya ingat kepada Maha Pencipta. Alhamdulillah, saya diberikan perlindungan saat merekam," ujar Embu yang hasil rekamannya itu dibanderol Rp 150 ribbu oleh salah satu stasiun televisi swasta.

(bbn/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads