Misalnya saja mulai dari commuter line yang melayani angkutan kereta di Jabodetabek. Di jam orang berangkat kerja, suasana di gerbong padat, berdesakan. Tak heran kalau masih ada sebagian orang yang dengan alasan itu memilih naik motor atau mobil. Walau commuter line anti macet.
Sebenarnya di jam biasa, commuter line adalah angkutan yang nyaman. Tapi ya itu tadi, di jam pergi dan pulang kantor berdesakan menjadi santapan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, ke jalur jalan raya. Di Jakarta, mulai dari Metromini hingga Kopaja masih belum memadai. Amat sangat jauh bila membandingkan dengan negara tetangga yang sudah maju angkutan bus-nya, misalnya saja Singapura. Segi pelayanan dan kenyamanan masih belum membuat pengguna mobil atau motor tertarik beralih ke angkutan umum.
"Di Metromini dan Kopaja itu banyak pengamen, belum lagi kalau sopirnya ngebut," cerita Joko yang masih memilih memakai motor ini.
Satu lagi angkutan TransJ. Memang di beberapa ruas jalur, TransJ nyaman digunakan. Tapi sayangnya, mungkin hanya satu dua jalur saja, sisanya masih banyak keluhan di jalur lain. Misalnya saja di jalur Pulogadung-Harmoni terkadang menunggu lama untuk naik TransJ.
Kepadatan di jalan raya memang menjadi ancaman. Kerap kali ada yang berbicara Jakarta terancam macet. Karenanya solusi perlu segera diambil dan dilaksanakan. Angkutan umum yang nyaman tak hanya menjadi bukti keseriusan pemerintah memperhatikan masyarakat, tapi juga akan menjadi daya tarik bagi wisata.
Puji-pujian soal angkutan umum modern yang tak kalah dengan Singapura dan Eropa mungkin tak akan hanya jadi sekedar mimpi.
(ndr/mad)