Hajri khawatir bila jalur pengadilan lebih dipilih, Golkar justru harus rela tak ikut kontestasi politik yang rencananya akan digelar pada tahun 2015. Jalur pengadilan akan memakan waktu lama sehingga kepengurusan Golkar akan mengalami dualisme.
"Kalau tidak diselesaikan, maka berbagai persoalan akan segera dihadapi Partai Golkar. 2015 Golkar bisa terancam tidak dapat ikut serta dalam pilkada di 245 daerah. Partai Golkar akan kesulitan untuk mendefinisikan posisi politiknya di parlemen, ketika nanti menghadapi agenda-agenda politik yang terjadi di DPR. Terutama dalam melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai anggota dewan perwakilan rakyat. Baik fungsi legislasi, anggaran maupun pengawasan," ucap Hajriyanto di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (16/12/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari awal saya mengatakan berulang kali, Jalan rekonsiliasi jalan yang paling baik, karena konflik dan perpecahan itu akan sangat melelahkan, kemudian juga memalukan Partai Golkar sebagai partai besar, partai tua dan partai yang berpengalaman," sambung Hajriyanto menegaskan.
Kelemahan penyelesaian konflik Golkar lewat jalur pengadilan juga diutarakan oleh politisi muda Golkar Taufik Hidayat. Semestinya partai ini sudah menyusun strategi guna menghadapi kontestasi politik daerah yang dilakukan serentak.
"Partai Golkar semestinya sudah harus jauh-jauh hari mempersiapkan (pilkada di daerah-red). Tapi kondisi partai masih seperti sekarang ini sehingga sangat menjadi persoalan, khususnya bagi pengurus-pengurus di daerah, pengurus-pengurus di DPD II dan I yang dalam kalender eventnya menghadapi pilkada serentak tersebut," kata Taufik.
(bpn/van)