"Itu kreativitas orang lapangan. Kan bukan diambil, nanti suruh datang lagi orang ambil yang ditilang," demikian komentar Ahok saat ditanya tentang penyitaan helm selain pentil yang dilakukan Dishub DKI Jakarta saat razia parkir liar di sekitar Jl MH Thamrin, Senin kemarin.
Ahok mengatakan hal itu usai memberangkatkan 30 marbut (penjaga masjid) beribadah umrah di Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (16/12/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama dia nggak menutupi jalan, nggak apa-apa. Sama kayak PKL, boleh nggak jualan di taman? Boleh, selama nggak buat orang yang jalan kaki turun. Atau kamu buang sampah sembarangan, atau kamu nutupin jalan karena orang belanja, itu nggak boleh," imbuhnya.
Bila parkir itu menutupi jalan atau mengambil hak pemakai jalan, maka akan ditindak. Soal penindakan, Ahok mengakui agak kurang karena terbatasnya sarana.
"Ya kan mobil dereknya kurang, anggarannya belum turun," jawabnya.
Ke depan, biaya parkir motor bukan jam-jaman tetapi untuk seharian. Sistemnya memakai parkir elektronik.
"Nggak pakai jam-jaman. Di Waduk Melati aja Rp5.000 seharian. Makanya kalau lama-lama nanti kita tertibkan di parkiran kita. Nanti pakai parkir elektronik," jelas dia.
Sebelumnya, pada Senin kemarin, Dishub DKI menyita helm selain pentil roda saat razia parkir liar. Menurut Kepala Suku Dinas Perhubungan, Jakarta Pusat, Syamsuddin, pihaknya mengambil helm pemilik kendaraan roda dua yang memanfaatkan parkir liar, Sebab selama ini razia cabut pentil dinilai masih kurang memberikan efek jera.
"Cabut pentil masih belum bikin jera. Jadi kami ambil helmnya biar jera," ujar Syamsuddin saat ditemui di Jakarta, Senin (15/12/2014).
Salah seorang pengendara yang terkena razia ini adalah Panji (25). Dia yang memarkirkan sepedea motornya bersama ratusan motor lainnya di samping Mal Sarinah, tepatnya di pertigaan Jalan Sabang, Menteng, dicabut pentilnya dan diambil helmnya.
(nwk/nrl)