Para pedagang takut tidak memperoleh tempat layak meski di gedung baru karena melihat satu lapak hanya berukuran 1 meter x 1,5 meter yang terlihat jelas dari garis merah yang digunakan sebagai pembatas di lantai pasar.
"Saya sudah jualan sembako di sini sejak 1963. Luas lapak 12 m2. Saya mohon jangan terlalu sempit, saya sudah banyak rugi jualan di sana (lapak sementara)," kata Dalima di depan Wali Kota Semarang di Pasar Bulu, Jalan Soegijopranata, Senin (15/12/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bangunan kios sementara yang berdiri di sepanjang gang dekat Pasar Bulu, Hendy langsung dihujani keluh kesah pedagang, rata-rata mereka mengeluhkan sepinya pembeli di kios sementara selama pembangunan pasar berlangsung sejak tahun 2012. Selain itu mereka takut tidak memperoleh tempat layak di Pasar Bulu yang akan dibuka tanggal 23 Desember itu.
"Kalau luasnya tidak sesuai kita boikot saja," tegas salah satu pedagang, Siti.
Hendi yang juga meninjau gedung baru Pasar Bulu itu langsung menanyakan masalah tersebut kepada Kepala Dinas Pasar Kota Semarang, Trijoto Sardoko dan pihak-pihak lain. Saat sidak itu, Hendy juga tidak menemukan adanya tempat ibadah berupa musala. Ia pun mendesak agar segera dibangun musala.
"Jadi ada perbedaan perhitungan antara pedagang dan dinas pasar. Jadi misalnya dulu memiliki lapak 2x3 meter, maka nanti di sini bisa mendapat sampai 3 lapak," terang Hendi usai berkoordinasi dengan Kepala Dinas Pasar.
"Terkait musala, saya sudah inventarisir kepala dinas. Kalau tidak bisa tahun ini paling telat tahun depan," tegasnya.
Diketahui sekitar 1.500 pedagang menempati kios sementara sejak pembangunan pasar dimulai tahun 2012. Direncanakan tanggal 23 Desember mendatang para pedagang bisa menempati pasar yang dibangun dengan dana Pemkot Semarang Rp 4,7 miliar dan dana bantuan provinsi Rp 9,5 miliar.
"Pedagang yang menempati tidak akan dipungut biaya karena ini bantuan dari pemerintah," kata Hendi.
(alg/try)