Kisah Perjuangan 3 Korban Selamat Longsor Banjarnegara

Kisah Perjuangan 3 Korban Selamat Longsor Banjarnegara

- detikNews
Senin, 15 Des 2014 12:40 WIB
Kisah Perjuangan 3 Korban Selamat Longsor Banjarnegara
Jakarta - Jumat (12/12) sore lalu tampak ombak menggulung-gulung di bukit Jemblung. Tapi itu bukan ombak lautan, melainkan ombak tanah longsor. Ombak tanah itu lalu menyapu perkampungan Dusun Jemblung, Desa Sampang, Karangkobar, Banjarnegara. Sebanyak 40 orang tewas, 68 hilang. Mereka yang selamat mengucapkan syukur, masih diberikan kesempatan hidup kedua.

Para korban yang selamat itu mengisahkan perjuangan mereka untuk bisa selamat dan keluar dari timbunan tanah. Ada yang harus menggali hingga berjam-jam dengan menggunakan batang pohon, ada juga yang sudah tertimbun tanah hingga seleher dan akhirnya ditemukan tim SAR. Berikut kisah perjuangan mereka:

1. Wawan, 7 Jam Gali Tanah dengan Batang Pohon Singkong

Wawan Wahyuni (20) terjebak selama 7 jam di bawah tanah longsor. Wawan akhirnya selamat setelah menggali tanah menggunakan batang pohon singkong yang menimbun hampir seluruh tubuhnya sambil menunggu bantuan datang.

Karena tanah yang menimbun dirinya masih lembek, dia mengeluarkan kedua tangannya yang sempat ikut tertimbun untuk meraih sebatang pohon singkong yang tidak jauh dari dirinya. Sedikit demi sedikit dia coba mengorek-ngorek tanah yang menutupi tubuhnya hingga sebatas dada agar memudahkan dirinya untuk bernafas dan menunggu bantuan datang.

Saat hampir putus asa di tengah kegelapan dan kabut dia menunggu pertolongan, ketika itu pula dia melihat ada cahaya dari lampu senter warga dan relawan yang berusaha mencari korban longsor yang selamat.

"Saya langsung teriak meinta tolong hingga akhirnya didengar, jaraknya sekitar 100 meter," ungkap Wawan, Minggu (14/12/2014).

Karena jarak dia dengan relawan yang akan menolong cukup jauh, dia terpaksa harus kembali menunggu proses evakuasi terhadap dirinya dilakukan. Hingga akhirnya dia dapat diselamatkan setelah bertahan sekitar 7 jam.

Dia mengungkapkan, relawan kesulitan mengevakuasi dirinya, pasalnya tanah yang berada di sekitar lokasi longsor masih sangat labil, sehingga butuh proses lama hingga akhirnya dia dapat diselamatkan.

"Saat itu relawan hanya menggunakan papan yang diestafet untuk menjangkau lokasi saya. Saya juga diminta untuk tidak banyak bergerak agar tidak lemas, kalau ada apa-apa saya hanya disuruh teriak," jelasnya.

Setelah berhasil diangkat dari dalam tanah, tiba-tiba relawan yang bertugas di sisi bukit memberikan kode bahwa ada longsoran ketiga. "Waktu itu ada 6 relawan yang evakuasi saya, saya sudah lemas dan tiba-tiba ada kode, 'mengko disit golet titik aman, munggah-munggah' (nanti dulu, cari titik aman, naik-naik). Suruh pada naik, karena air meluap-luap, karena ada longsoran," ungkapnya.

Dia mengaku saat itu sangat haus, lemas dan kedinginan. Namun dia bersyukur bisa selamat dari bencana itu.

2. Khatimah, Ibu Hamil yang Tertimbun Tanah Hingga Seleher

Khotimah (25) salah satu warga yang selamat. Ibu yang sedang hamil 7 bulan ini sempat tertimbun tanah hingga sebatas leher.

Saat kejadian, dia benar-benar melihat dengan jelas longsor yang menimbun puluhan rumah di Dusun Jemblung pada hari Jumat (12/12) sekitar pukul 17.30 WIB itu. Ketika itu dirinya tengah mengambil pakaian dari jemuran bersama keponakannya.

"Saya melihat ada longsor dari atas bukit turun seperti ombak. Saya langsung lari masuk rumah dan menarik keponakan saya dan lari keluar rumah," jelas dia.

Namun karena longsoran tanah bergerak dengan cepat, dia dan keponakannya terseret material longsoran tanah hingga puluhan meter dengan kondisi badan yang tertimbun longsor hingga seleher. Beruntung dia dan keponakannya selamat.

Tapi tidak dengan suami dan anaknya, Juan (25) dan Dafa (8) yang saat kejadian sedang berada di rumah mertua. Dia melihat dengan jelas ketika terseret longsor, suami dan mertuanya ikut terbawa material longsoran.

"Saya lihat suami dan mertua saya tergulung material longsoran, tapi saya tidak melihat Dafa," ujar dia yang terus berharap jenazah keluarganya dapat ditemukan.

3. Giman, Tebing Runtuh Saat Sedang Cuci Mobil

Sore itu merupakan hari yang tidak bisa dilupakan oleh Giman, warga RT 5/1 Dusun Jemblung ini. Giman yang sedang mencuci mobil di halaman rumahnya, melihat langsung runtuhnya tebing di bukit yang berada di sekitar permukiman warga.

"Saya sedang nyuci mobil, tiba-tiba tebing langsung longsor," kata Giman di lokasi, Sabtu (13/12/2014).

Lokasi rumah Giman memang berada di dataran yang agak tinggi dari lokasi longsor, sehingga ketika longsoran dari tebing tersebut runtuh, dirinya dapat melihat jelas dahsyatnya reruntuhan tanah tersebut menyapu permukiman yang berada di bawahnya.

"Kejadiannya cepat, tidak sampai lima menit, pertama saya lihat bukit runtuh dikit-dikit, tapi tiba-tiba semuanya langsung runtuh," jelasnya.

Giman yang selamat langsung membantu mencari korban yang tertimbun. Setelah kejadian itu, suasana sekitar dusun langsung sepi. Suara meminta tolong terus terdengar sedangkan hujan tiba-tiba turun usai longsor terjadi. Sementara akibat longsoran tersebut, akses listrik langsung terputus sehingga suasa sekitar dusun gelap gulita.
Halaman 2 dari 4
(slm/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads