Sejumlah pihak menyarankan agar kedua kubu yang bersiteru di Golkar agar melakukan rekonsiliasi. Wakil Ketua Umum versi Munas Jakarta, Yorrys Raweyai
mengatakan kalau pihaknya sudah sering kali melakukan itu, namun memang belum ada titik temunya.
"Dari awal kan ini sudah dilakukan, kenapa kita melakukan ini karena upaya-upaya untuk penyelamatan partai ke depan. Dari pasca pilpres, pileg terjadi konflik internal, tapi kita terus bangun komunikasi, menyamakan persepsi sekali. Tetapi ternyata tidak menemukan titik temu yang kita harapkan," kata Yorrys.
Dia menyebut dengan persepsi yang beda, membuat kedua pihak sulit memiliki persamaan visi misi. Hal ini diawali dengan secara mengejutkan kalau hasil Rapimnas di Yogyakarta yang menginginkan agar Munas digelar secepatnya. Padahal, sudah ada kesepakatan dalam rapat pleno kalau Munas digelar Januari 2015.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebijakan DPP Aburizal Bakrie atau Ical yang seolah-olah mengarahkan agar Munas digelar secepatnya menjadi awal puncak kekecewaan kubu Agung Laksono. Persoalan yang ini berujung dengan terbentuknya Presidium Penyelamat Partai.
"Kalau kita sesuai AD/ART, itu kan ada dua yaitu Munas dan Munaslub dalilnya, kalau Munaslub itu kan lima tahun sesuai AD/ART, itu berakhir tanggal 8 November 2014. Di luar itu munaslub. Ini yang akhirnya jadi pertentangan, dan kita bikin tim penyelamatan," ujarnya.
Lantas, bagaimana dengan peluang islah kalau melihat polemik partai sudah seperti sekarang? Yorrys mengatakan setiap kemungkinan termasuk islah bisa terjadi.
"Sepertinya sih bisa, Golkar kan organisasi yang dewasa, kaya dengan sumber daya manusianya, kemudian punya pengalaman dalam berpolitik harusnya bisa terselesaikan," sebutnya.
"Nah, memang baru pertama kali konflik ini pecah seperti ini, dalam sejarah Golkar. Dulu kan ada pecah, dan melahirkan anak baru, nah ini kita enggak mau kan. Enggak ada lagi Golkar melahirkan partai baru, kita selamatkan ini partai, makanya kita bikin di Munas Ancol itu," tuturnya.
(hat/van)