"Tidak akan ada perayaan Natal dan Tahun Baru untuk tahun ini," ujar Kepala Departemen Penanggulangan Ebola, Palo Conteh kepada wartawan di ibukota Freetown, seperti dilansir AFP, Sabtu (13/12/2014).
Conteh juga menegaskan bahwa tentara Sierra Leone akan dikerahkan ke lokasi-lokasi yang menjadi pusat keramaian saat perayaan Natal dan Tahun Baru. Tentara-tentara tersebut bertugas mengingatkan warga agar tidak keluar rumah dan meminta warga yang menggelar perayaan di jalanan untuk kembali ke dalam rumah masing-masing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Personel militer akan ada di jalan-jalan pada saat Natal dan Tahun Baru untuk menghentikan setiap perayaan di jalanan," imbuhnya.
Namun Conteh tidak menjelaskan lebih lanjut di wilayah mana saja personel militer akan dikerahkan. Karena diketahui bahwa penduduk muslim mendominasi Sierra Leone. Tercatat lebih dari serempat dari total 6 juta penduduk Sierra Leone menganut agama Kristen dan perayaan serta festival biasa digelar pada masa liburan.
Tidak disebutkan juga kapan pastinya larangan ini akan diberlakukan. Selama masa jam malam anti-Ebola yang diberlakukan secara luas di negara ini, orang-orang diperbolehkan pergi keluar rumah untuk beribadah dan melakukan aktivitas-aktivitas bisnis yang penting saja.
Di bawah aturan darurat, bar dan kelab malam telah ditutup akibat Ebola. Warga dilarang berkumpul dalam jumlah banyak di area umum, namun tidak ada larangan bagi warga untuk pergi bekerja.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat hingga Jumat (12/12) bahwa total korban tewas akibat Ebola mencapai 6.583 jiwa, terutama di tiga negara Afrika Barat yakni Guine, Liberia dan Sierra Leone. Di Sierra Leone sendiri, jumlah korban tewas mencapai 1.899 jiwa.
(nvc/gah)