"Pas kmrn meninggal, jenazahnya bercahaya. Kapas aja kalah putih. Dia juga tersenyum. Soleh pisan (banget). Saya kehilangan sekali," kata Nining saat ditemui usai pemakaman Een di Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (13/12/2014).
Di saat-saat terakhir Een, Nining sempat menemani. Awalnya pejuang pendidikan bagi anak-anak itu enggan dibawa ke rumah sakit karena sudah merasa ajalnya sudah dekat. Namun akhirnya belakangan tetap mau dirawat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Udah nggak mau makan dua hari sebelum ke RS. Dikasih bubur muntah deui (lagi). Awalnya nggak mau dibawa ke RS, dia udah bilang udah waktunya," cerita Nining sambil berkaca-kcaa.
Selama ini, kata Nining, tidak pernah ada kata keluhan yang terlontar dari Een. Ibu yang selama ini lumpuh tersebut, tetap tegar. "Hanya aduh-aduh saja kalau terasa sakit," imbuhnya.
Kini, Een telah tiada. Bukan hanya Nining saja yang kehilangan, para siswa SD yang selama ini diajar oleh Een pun melepas dengan tangisan. Gubernur Jabar Ahmad Heryawan hingga mantan Presiden SBY juga mengucapkan bela sungkawa.
(mad/mad)