Senat Amerika Serikat merilis laporan soal interogasi sadis sarat penyiksaan yang dilakukan oleh agen intelijen AS, CIA. Menanggapi laporan ini, Presiden Barack Obama bersumpah praktik serupa tidak akan terulang dan tidak akan terjadi di bawah pengawasannya.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (10/12/2014), Obama menilai teknik-teknik interogasi yang dilakukan CIA terhadap tahanan terorisme justru memberi dampak merusak, yang sangat serius bagi citra dan kepentingan AS di luar negeri.
"Daripada mengungkapkan alasan untuk melawan argumen lama, saya harap bahwa laporan hari ini bisa membantu kita untuk meninggalkan teknik-teknik semacam ini pada tempatnya, yakni di masa lalu," ujar Obama dalam pernyataan tertulisnya menanggapi laporan Senat AS tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini memperkuat pandangan lama saya, yang selalu saya simpan, bahwa metode keras semacam ini tidak hanya inkonsisten dengan nilai-nilai bangsa kita, namun juga tidak sejalan dengan upaya pemberantasan terorisme yang semakin luas maupun dengan kepentingan keamanan nasional kita," tegas Obama.
Lebih lanjut, Obama menyebut, metode interogasi CIA ini berpengaruh besar pada posisi AS di dunia dan mempersulit AS dalam mengejar kepentingan dan cita-cita dengan sekutu dan mitra negara lain.
"Itulah mengapa, saya akan terus menggunakan wewenang saya sebagai presiden untuk memastikan kita tidak pernah lagi melakukan metode ini," tandasnya.
Dalam laporan Senat AS, disebutkan bahwa program interogasi CIA yang dikenal dengan nama Rendition, Detention and Interrogation sarat kekerasan dan penyiksaan. Program tersebut berlangsung antara tahun 2002-2007 lalu, selama masa pemerintahan presiden George W. Bush.
Dalam program tersebut, tahanan diinterogasi dengan menggunakan metode sarat penyiksaan seperti waterboarding, ditampar, dihina secara verbal (serangan psikologis), kemudian juga ditempatkan di ruangan dingin agar mengaku dan dipaksa tidak tidur dalam waktu lama sambil terus diinterogasi.
(nvc/ita)